Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Wahyu Affandi, Pelaku Usaha dan Pengrajin Kujang Satu-satunya di Bogor

Kompas.com - 01/05/2024, 19:05 WIB
Anagatha Kilan Sashikirana,
Bestari Kumala Dewi

Tim Redaksi

BOGOR, KOMPAS.com - Pagi itu di tengah suara deras arus Bendungan Katulampa Kota Bogor, sayup-sayup terdengar ketukan besi dari sebuah bengkel produksi bertuliskan "Paneupaan Kujang Pajajaran".

Memasuki bengkel tersebut, nampak beberapa pekerja yang tengah asyik membuat kujang. Seorang lelaki menyambut kedatangan Kompas.com, dialah Wahyu Affandi Suradinata, yang saat ini menjadi satu-satunya pengrajin kujang (Guru Teupa) di Bogor.

Awal Mula Mengenal Kujang

Sambil bernostalgia, Abah Wahyu menceritakan perjalanannya. Kisah ini bermula dari Wahyu yang menemukan sebuah kujang di Sukawayana Pelabuhan Ratu pada tahun 1993.

Baca juga: Mengintip Perajin Topeng Kesenian Tradisional di Malang yang Tetap Eksis

Wahyu yang masih bingung akhirnya berdiskusi dengan Ki Anis Jatisunda seorang guru budayawan, mereka mengulik Pantun Bogor. Di dalamnya diceritakan banyak sejarah Sunda Pajajaran, salah satunya mengenai 6 jenis kujang.

Hal itu membangkitkan semangat Wahyu untuk mengulik lebih jauh soal kujang. Kebetulan, Wahyu memang menyukai kesenian dan kebudayaan. Mengisi waktunya di akhir pekan, Wahyu sering mengunjungi museum-museum untuk mendalami kujang.

Singkat cerita, di tahun 1995, Wahyu mulai membuat dan memproduksi kujang sendiri. Saat itu dia masih menjadi guru di salah satu sekolah kejuruan.

"Awalnya iseng buat kujang sendiri. Misal guru-guru di sekolah ada yang mau, saya kasih saja secara geratis. Sampai akhirnya di tegur oleh Ki Anis, kalau kujang tidak bisa sembarangan dikasih seperti itu," cerita Wahyu kepada Kompas.com, Selasa (30/4/2024).

Baca juga: Kisah Jurasep Membangun Warung Kopi dengan Sentuhan Seni dan Budaya

Paneupaan Kujang PajajaranKompas.com - Anagatha Kilan Sashikirana Paneupaan Kujang Pajajaran

Usaha Produksi Kujang

Oleh sebab itu di tahun 2005, Wahyu mulai serius dengan usaha kujangnya. Sebenarnya, kujang termasuk benda bersejarah dari zaman kerajaan terdahulu, tapi beberapa masyarakat ternyata masih asing dengan kujang, sehingga yang membeli hanya segelintir orang saja.

Melihat hal ini, Wahyu mengerti bahwa kujang yang berbentuk pusaka sulit untuk digandrungi oleh semua kalangan.

Akhirnya, Wahyu mulai menciptakan inovasi baru berupa pin dan gantungan kunci. Aksesoris seperti ini lebih mudah disenangi oleh perempuan.

Baca juga: Menikmati Pertunjukan Wayang Golek di Warung Kopi Saung Jurasep Bogor

"Kalau ibu-ibu dulu masih bingung dan takut sama kujang. Pelan-pelan saya coba kenalkan dalam bentuk pin dan gantungan kunci, sehingga mereka lebih suka. Jadi kujang ini bisa masuk ke semua kalangan," ujarnya.

Seiring berjalan waktu, Abah Wahyu semakin dibanjiri orderan. Ia memutuskan berhenti mengajar di sekolah dan fokus menggeluti usaha ini.

Sampai saat ini, Paneupaan Kujang Pajajaran memproduksi kujang pusaka, dekorasi, pajangan, plakat, hingga aksesoris.

Tatali Paranti Kujang Pusaka

Uniknya, Guru Teupa ini tetap memegang teguh tatali paranti (adat atau aturan tak tertulis yang biasa dilaksanakan) dalam pembuatan kujang pusaka. Biasanya, Abah Wahyu menempa kujang di hari Senin dan Kamis dibarengi dengan puasa sunnah.

"Kalau orang Sunda menyebutnya tatali paranti, jadi di sini menempa kujang pusaka hari Senin dan Kamis, yang menempa juga berpuasa pada hari itu. Kami percaya saat berpuasa orang dalam kondisi yang baik atau bersih, sehingga apa yang dikerjakan juga hasilnya bisa lebih baik," ungkapnya.

Halaman:

Terkini Lainnya
Dapat Bantuan Alat Modern, Perajin Patung dan Miniatur di Kota Malang Kebanjiran Pesanan
Dapat Bantuan Alat Modern, Perajin Patung dan Miniatur di Kota Malang Kebanjiran Pesanan
Program
LPDB Salurkan Pembiayaan ke KDKMP Sidomulyo Jember untuk Dukung Ekspor Kopi
LPDB Salurkan Pembiayaan ke KDKMP Sidomulyo Jember untuk Dukung Ekspor Kopi
Program
Kisah Para Penjual Makanan di Kawasan Industri Nikel Weda, Sehari Bisa Raup Omzet Rp 10 Juta
Kisah Para Penjual Makanan di Kawasan Industri Nikel Weda, Sehari Bisa Raup Omzet Rp 10 Juta
Jagoan Lokal
Penyaluran Kredit di 7 Wilayah Jatim Tumbuh 8,41 Persen, Malang Raya Didominasi Pelaku UMKM
Penyaluran Kredit di 7 Wilayah Jatim Tumbuh 8,41 Persen, Malang Raya Didominasi Pelaku UMKM
Training
Kementerian UMKM Fasilitasi Legalitas dan Pembiayaan kepada 1.000 Usaha Mikro di NTT
Kementerian UMKM Fasilitasi Legalitas dan Pembiayaan kepada 1.000 Usaha Mikro di NTT
Program
Pertamina Boyong 45 UMKM Binaan ke Trade Expo Indonesia 2025
Pertamina Boyong 45 UMKM Binaan ke Trade Expo Indonesia 2025
Program
Penjualan Stagnan, Puluhan UMKM di Kota Malang Dibekali Jurus Pemasaran Digital
Penjualan Stagnan, Puluhan UMKM di Kota Malang Dibekali Jurus Pemasaran Digital
Training
Tanpa Dirigen, Orkestra UMKM Hanya Riuh Tanpa Irama
Tanpa Dirigen, Orkestra UMKM Hanya Riuh Tanpa Irama
Program
Pedagang Mengeluh Soal QRIS, Diskopindag Kota Malang Akui Tak Bisa Paksa
Pedagang Mengeluh Soal QRIS, Diskopindag Kota Malang Akui Tak Bisa Paksa
Program
Indonesia Eximbank Luncurkan Buku Strategi Ekspor Jawa Tengah
Indonesia Eximbank Luncurkan Buku Strategi Ekspor Jawa Tengah
Program
Produk Sambel Uleg Hingga Pot Tanaman dari Jawa Timur Tembus Pasar Global
Produk Sambel Uleg Hingga Pot Tanaman dari Jawa Timur Tembus Pasar Global
Program
BRI Rampungkan Pelatihan bagi Pengelola 100 Desa BRILiaN
BRI Rampungkan Pelatihan bagi Pengelola 100 Desa BRILiaN
Program
BRI Peduli Bantu UMKM Raih Sertifikasi Halal
BRI Peduli Bantu UMKM Raih Sertifikasi Halal
Program
Jelang Perayaan Hari Kemerdekaan RI, Perajin Lampion di Kota Malang Kebanjiran Order
Jelang Perayaan Hari Kemerdekaan RI, Perajin Lampion di Kota Malang Kebanjiran Order
Jagoan Lokal
Indonesia Eximbank Salurkan Fasilitas Pembiayaan dan Penjaminan Ekspor ke Petro Oxo
Indonesia Eximbank Salurkan Fasilitas Pembiayaan dan Penjaminan Ekspor ke Petro Oxo
Program
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Close Ads
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau