Selain itu, belum optimalnya e-commerce untuk mendukung usaha yang berkonsep Bussiness to Business (B2B), yang memiliki produk berat seperti sagu.
Namun, hambatan tersebut tidak menyurutkan niat Rully untuk mengembangkan usaha ayahnya.
Salah satu strategi yang dilakukan Rully, yaitu menjual Sago One ke beberapa temannya untuk didiversifikasi.
“Salah satu olahan dari sagu yang dibuat oleh teman-teman, yaitu bagea, yang sudah dilakukan modifikasi dengan penambahan rasa coklat, capuccino, dan lainnya,” ujarnya.
Baca juga: Cerita di Balik Usaha Sambal Bu Rudy, Bermula dari Jualan Nasi Pecel Rp 1.000
Dari sana, Rully semakin melihat Sago One memiliki potensi besar untuk berkembang. Ia pun mengembangkan digital marketing dan membuat kemasan ritel, agar pengiriman sagu lebih mudah.
“Saya coba mengembangkan digital marketingnya. Saya mencoba membuat kemasan ritel, mempromosikan lewat media sosial dan juga website,” ungkap Rully.
Dengan memanfaatkan platform online, kini Rully dapat menjual sebanyak tiga hingga lima ton tepung sagu, dengan harga Rp 250 ribu per 25 Kg.
Saat ini, Rully sudah menjual Sago One ke tiga Provinsi, yakni Sulawesi Selatan, Sulawesi Barat, dan Sulawesi Tenggara.
Tak berhenti di situ, Rully mencoba menembus pasar ekspor. Ia bahkan telah menyiapkan company profile, bisnis matching, dan surat lainnya untuk menjual Sago One ke pasar luar negeri.
Baca juga: Cerita Sulis Ardiana Merintis Cold N Brew, Gigih Kenalkan Tren Ngopi hingga Punya 13 Cabang
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.