KOMPAS.com – Pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) di Indonesia saat ini semakin banyak dan berkembang. Banyak dari mereka yang membuat berbagai macam produk olahan.
Saroni salah satunya. Ia merupakan seorang disabilitas yang merintis Orselo sejak tahun 2017 di daerah Rembang, Jawa Tengah.
“Orselo itu artinya Orang Selo, Selo merupakan nama daerah, yaitu Kecamatan Selo, Jawa Tengah yang merupakan desa kelahiran saya,” kata Saroni saat wawancara online melalui panggilan video WhatsApp pada Selasa (21/11/2023).
Baca juga: 5 Tips Membuat Karyawan Betah Bekerja, Pelaku Usaha Harus Tahu
Sebelum memulai usaha Orselo, ia merupakan seorang pedagang keliling yang berjualan es potong di sekolahan atau daerah perkampungan.
“Saya awalnya jualan es potong keliling, tapi lama kelamaan semakin banyak orang yang jualan keliling. Hal ini menyebabkan persaingan semakin ketat, sehingga saya sulit mencari cuan. Akhirnya saya beralih membuat produk,” ungkap Saroni.
Setelah memutuskan untuk banting setir, Saroni memutuskan untuk membuat produk kacang, pangsit, dan kerupuk.
“Keuntungan dari jualan es potong saya gunakan untuk modal usaha. Saya awalnya membuat produk hanya Rp 20 ribu, tapi itu mencicil bahan bakunya, seperti tepung satu kilo dan minyak satu kilo, itu cukup,” tutur Saroni.
Selain itu, pria berusia 31 tahun ini juga mencoba untuk usaha repacking kopi, dengan bekerja sama dengan pelaku UMKM di Rembang.
Baca juga: Merintis Bisnis Kuliner? Ini 9 Tips Pemasaran Online yang Bisa Dicoba
Produk kacang, pangsit, dan kerupuk disalurkan Saroni ke beberapa warung sembako di sekitar Rembang. Namun untuk produk repacking kopi, rupanya sudah berhasil terjual ke luar pulau.
“Kalau repacking kopi itu kita jual ke Jakarta, Cirebon, dan paling jauh ke Papua. Tapi kebanyakan yang beli itu orang Rembang,” ucapnya.
“Saya kerja sama dengan teman saya yang produksi kopi. Saya punya merek Orselo, lalu kita kerja sama untuk meningkatkan omzet. Jadi kita ke warung tuh bawa paket lengkap, camilan plus kopi,” kata Saroni.
Berkat kerja keras dan perjuangannya, Saroni mampu mendapatkan omzet kotor setiap hari sekitar Rp 300 ribu hingga Rp 700 ribu.
Baca juga: Ahmat Owner Rubycraft Ungkap Tips Menembus Pasar Internasional
Saroni menuturkan, salah satu tantangan dalam menjalankan Orselo yaitu dirinya sendiri. Ia terlalu nyaman di posisi yang sekarang, sehingga selalu takut untuk mengambil kesempatan dan memanfaatkan peluang lainnya.
Selain itu, Saroni juga kurang mengerti dalam pembuatan konten yang menarik untuk memasarkan produknya pada media sosial. Akibatnya, ia hanya menggunakan Shopee sebagai media penjualan produknya.
“Pada tahun ini juga bahan pokok melambung tinggi, seperti harga minyak dan tepung, itu menjadi beban bagi pelaku UMKM seperti saya,” ujarnya.
Bukan hanya harga bahan pokok, Saroni juga mengeluhkan perilaku konsumennya yang masih banyak berhutang di warung yang ia titipkan sehingga kekurangan modal untuk memutarkan hasil penjualannya kembali.
Baca juga: Punya Usaha dan Perlu Modal? Ini 4 Lembaga Pemberi Pinjaman untuk UMKM
Setiap pelaku usaha tentu mempunyai tokoh yang menjadi inspirasinya dalam membangun bisnis. Begitu juga Saroni, yang terinspirasi sosok Bob Sadino.
“Saya terinspirasi beliau, karena memang Bob Sadino mulai bisnis dari bawah dari hal terkecil, mempunyai sifat tidak muluk-muluk dalam bisnis. Jadi, kita berjuang sesuai hobi kita saja,” katanya.
Ia berharap, ke depan dapat terus mengembangkan usahanya dan menjadi besar seperti Bob Sadino.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.