KOMPAS.com – Ekspor merupakan kegiatan mengirim produk lokal ke berbagai negara di dunia. Ekspor menjadi cita-cita banyak pelaku bisnis, khususnya sektor Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM).
Salah satu pelaku usaha yang sudah berhasil melakukan ekspor, yakni Noro Ardanto, pemilik usaha Lampu Runa. Ia sudah mengekspor produknya ke United Kingdom (UK) dan Australia.
“Saya sudah pernah pameran di Vietnam dan sudah melakukan ekspor ke UK dan Australia. Saat ini omzet ekspor saya sekitar 300 hingga 400 poundsterling atau Rp 5 juta hingga Rp 8 juta dalam setahun.
Baca juga: 4 Tips Sukses Mengubah Karung Beras Bekas ala Artisa, Founder Tiga Mata Sapi
Namun menurut Noro, ekspor bukanlah suatu keharusan bagi pelaku usaha, melainkan menjadi alternatif pasar. Apalagi, Indonesia sudah memiliki pasar yang sangat besar.
“Kalau kita bisa memenuhi pasar lokal dengan baik itu juga luar biasa. Tapi biasanya, produk kerajinan akan lebih dihargai oleh orang luar negeri karena keunikannya," kata Noro (52) saat ditemui Kompas.com pada acara Brilianpreneur 2023 di JCC, Jakarta, beberapa waktu lalu.
"Hal ini karena mindset orang Indonesia yang sudah terbiasa melihat kerajinan, jadi tidak lagi menemukan keunikannya,” lanjutnya.
Dari keberhasilannya melakukan ekspor, Noro membagikan empat rahasia mudah ekspor untuk para pelaku usaha yang ingin mengikuti jejaknya.
Baca juga: Cerita Noro Ardanto Merintis Lampu Runa, Ingin Lestarikan Skill Perajin Wayang Golek
Noro mengatakan, dalam melakukan kegiatan ekspor, yang harus dilakukan nomor satu yaitu bagaimana kita sebagai owner bisa menjaga kepercayaan konsumen yang ada di luar negeri.
“Jarak kita jauh dan tidak bisa bertemu setiap saat. Bahkan, dari pertama kali bertemu dengan buyer sampai order pertama saja butuh waktu satu tahun. Tanpa kepercayaan, hal itu tidak akan berjalan, misalnya, kalau ada masalah bagaimana cara kita mengatasinya,” tutur Noro.
Hal yang tidak kalah penting jika kamu ingin melakukan ekspor, yaitu pahami bagaimana mekanisme ekspor produk.
Pasalnya, setiap negara memiliki kebutuhan pasar, tren market, hingga regulasi yang harus dipenuhi berbeda-beda.
“Ekspor Lampu Runa paling banyak masih ke UK, sedikit ke Australia itu produk figur. Sedangkan, untuk lampu hanya kita layani secara custom, karena lebih rumit kalau barang elektronik di-eskpor. Hal ini karena perbedaan regulasi dan standar pada setiap negara,” jelas Noro.
Baca juga: Kisah Artisa Merintis Tiga Mata Sapi, Buat Tas dari Karung Beras untuk Kurangi Sampah
Dalam kegiatan ekspor, yang kamu hadapi bukan lagi orang yang menggunakan bahasa Indonesia, melainkan bahasa Inggris, yang menjadi bahasa internasional. Oleh karena itu, kamu harus menguasai dan memperdalam kemampuan bahasa Inggris.
Tak hanya itu, komunikasi yang baik juga diperlukan dalam hal negosiasi. Komunikasi yang efektif akan diperlukan untuk mengatasi permasalahan, yang biasanya terjadi dalam proses pengiriman.
Noro menceritakan, dirinya pernah mengalami kerugian hingga 12 ribu poundsterling atau sekitar Rp 234 juta.
“Hal itu terjadi saat pertama kali kita ekspor, di mana 1 kontainer berjamur. Kita tetap tanggung jawab dengan mencicil setiap pengiriman akan dipotong 1.000 hingga 2.000 poundsterling untuk ganti rugi,” ujarnya.
Untuk mendapatkan buyer dari luar negeri, Noro menyarankan untuk mengikuti berbagai pameran ekspor. Hal ini karena para buyer akan datang pada pameran itu, sehingga pelaku usaha punya kesempatan berbincang dengan buyer.
“Selain itu, kamu juga bisa datang ke negara tujuan, karena di situ kita bisa melihat apa yang sedang tren di negara tersebut. Orang sana sukanya barang seperti apa dan barang apa saja yang dipamerkan, sehingga kita bisa mendesain sedemikian rupa produk kita, sesuai dengan selera pasar yang dituju,” tutup Noro.
Baca juga: 6 Tips Mengetahui Peluang Bisnis Ekspor
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.