Awalnya dia mengajukan pinjaman Kredit Usaha Rakyat (KUR) dengan plafon pinjaman hingga Rp 50 juta. Dari fasilitas kredit yang diterima ini, Toko Pelangi semakin berkembang.
Seiring dengan itu, kebutuhan permodalan semakin bertambah. Oleh petugas BRI Imas dan Asep diarahkan untuk mengajukan pinjaman non-KUR sehingga dia bisa memperoleh fasilitas kredit hingga Rp 200 juta.
“Uang yang diperoleh dari KUR serta non-KUR tersebut saya gunakan untuk menambah stok galon dan menambah tabung elpiji. Alhamdulillah, semakin banyak pembeli yang bisa kami layani,” ungkap Imas.
Baca juga: BRI Lakukan Pendekatan Hybrid untuk Dorong Perkembangan UMKM
Tak hanya untuk menambah stok air galon dan elpiji, Imas dan Asep menggunakan fasilitas pinjaman dari BRI tersebut untuk disalurkan kembali kepada karyawannya guna pembelian kendaraan dan renovasi rumah.
“Saya punya prinsip, saya tidak ingin berkembang sendiri. Karyawan pun juga harus bisa ikut menikmati kesuksesan dari toko ini,” kata Imas.
Asep Saepudin mengungkapkan meskipun dia menggunakan tambahan modal dari fasilitas kredit BRI, namun Toko Pelangi tetap bisa menjual barang dengan harga yang kompetitif.
Kompetitifnya harga tersebut tidak lepas dari suku bunga KUR dan non-KUR yang rendah. Hal ini membuat dia tidak terbebani oleh bunga yang ditetapkan.
“Harga jual air galon dan elpiji kami bisa tetap lebih murah ketimbang toko-toko yang lain karena bunga pinjaman dari KUR dan non-KUR BRI tidak memberatkan kami sebagai UMKM,” kata Asep.
Dia menjelaskan, meskipun toko tutup, pelanggan memilih tidak mengambil barang dari toko lainnya, baik sesama toko kelontong maupun toko ritel modern. Mereka memilih untuk menunggu toko buka kembali karena harga yang lebih murah dan layanan all in.
“Yang penting tetap harus membayar cicilan tepat waktu. Kami terus memprioritaskan cicilan ke bank yang kami sisihkan dari pendapatan harian,” jelas dia.
Keberhasilan Toko Pelangi menjaga harga barang, terutama air galon dan elpiji, membuat omzet toko ini tetap stabil setiap hari.
Menurut Imas, pendapatan atau omzet dalam sehari di antara Rp 7 juta hingga Rp 10 juta.
Baca juga: Kisah Sukses Ajik Krisna Mendirikan Toko Oleh-oleh Krisna Bali
Sementara itu salah satu Mantri BRI yang bertugas di wilayah Bogor Yose Rio mengungkapkan bahwa BRI terus memberikan dukungan kepada pelaku UMKM untuk bisa berkembang.
Salah satu dukungan yang diberikan adalah mudahnya proses pengajuan kredit. Hingga saat ini perseroan tidak pernah memberi syarat menggunakan notaris untuk pengajuan kredit hingga Rp 200 juta.
“Tinggal memenuhi syarat-syarat seperti KTP, KK, surat nikah, dan sebagainya yang semuanya sudah dimiliki calon nasabah,” kata dia.
Upaya ini dilakukan karena pelaku UMKM membutuhkan dana secara cepat dan tidak berbelit. Dengan demikian, penambahan modal bisa dilakukan secara cepat agar bisnis tetap eksis dan berkembang.
Mudahnya proses pengajuan kredit ini diamini oleh Imas. Menurutnya, proses pencairan kredit di BRI jauh lebih mudah jika dibandingkan dengan bank-bank lainnya.
“Saya merasa sangat terbantu dengan proses pencairan kredit di BRI. Tanpa pertanyaan berbelit-belit, pengajuan saya bisa disetujui dengan cepat,” pungkas Imas.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.