JAKARTA, KOMPAS.com – Pandemi menjadi game changer bagi banyak industri. Banyak pelaku usaha yang terdampak akibat corona melanda seluruh dunia, namun tak sedikit yang justru berkembang pesat.
Beberapa sektor yang justru berkembang ketika pandemi adalah bisnis yang berkaitan dengan kesehatan. Tak hanya obat-obatan farmasi, produk jamu herbal pun juga turut mendapatkan “berkah” ketika dunia tengah dilanda Corona.
Baca juga: Dari Jualan Jamu, Jubaedah Mampu Hidupi Tiga PAUD Gratis di Karawang
Salah satu produsen jamu herbal yang turut merasakan bagaimana pandemi justru mengubah bisnisnya menjadi lebih berkembang adalah Yuliana Rosita Dewi (48). Dia menjalankan bisnis berupa minuman instan dengan brand Dewi Poetri.
Warga Kelurahan Kaliabang Tengah Kota Bekasi Jawa Barat ini adalah salah satu produsen jamu herbal berupa minuman instan yang usahanya mengalami perkembangan pesat saat pandemi. Naiknya kesadaran akan kesehatan membuat banyak konsumen berbondong-bondong membeli produk yang dia buat.
“Alhamdulillah saat pandemi banyak permintaan. Saya bahkan sampai kirim jamu buatan saya ke daerah-daerah. Reseller saya bahkan sampai ke Dubai,” ujar dia saat ditemui Kompas.com, Kamis (21/3/2024).
Pandemi itulah yang menjadi titik balik Yuliana dalam menjalankan usaha jamu. Jika sebelumnya dia memproduksi jamu berdasarkan permintaan, semenjak itu dia lebih serius dan mencoba untuk terus berkembang dengan berbagai inovasi.
Hingga saat ini, tak kurang 15 varian produk minuman instan berbahan baku herbal telah dia hasilkan dengan merek Dewi Poetri. Beberapa produk bahkan menjadi best seller karena banyak diminati konsumen.
Baca juga: Prihatin Kondisi Air di Jakarta, Rully Ciptakan Sabun Herbal Ramah Lingkungan
“Varian baru yang saya kembangkan di antaranya ada minuman dengan bahan madu klanceng, bawang hitam, serta minuman untuk detoks paru-paru. Lainnya adalah minuman herbal seperti lemon sereh, dan sebagainya,” kata Yuliana.
Minuman instan yang dibuat Yuliana merupakan produk kering yang dikemas sedemikian rupa sehingga lebih awet tanpa menggunakan bahan pengawet. Hal itu dia lakukan setelah belajar dan melakukan riset mengenai tata cara pembuatan produk jamu.
Namun demikian, dia juga membuka pesanan untuk produk cair dalam kemasan, sebagaimana ketika dia memulai usaha ini pada tahun 2016.
Tak hanya variasi produk, Yuliana juga mulai berpikir mengenai kemasan produk. Dia yakin jika produk dikemas dengan baik dan lebih menarik, hal itu akan turut membantu meningkatan awareness konsumen terhadap produknya.
“Ketika awal menjalankan usaha jamu, saya membuat produk minuman yang dikemas dalam botol. Kemudian saya buat dalam kemasan standing pouch. Namun saat ini kemasan produk saya pakai karton kemasan,” jelas dia.
Beruntung, dia mendapat fasilitas pinjaman dari PT Permodalan Nasional Madani (PNM) yang merupakan bagian dari Holding Ultramikro yang dipimpin oleh PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BRI).
Fasilitas itu dia peroleh setelah sebelumnya mengajukan ke berbagai lembaga keuangan. Dari berbagai pertimbangan, dia memilih PNM karena proses yang jauh lebih mudah dan tidak ada agunan.