Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Karena Pandemi, Bisnis Minuman Herbal Instan milik Yuliana Semakin Berkibar

Kompas.com - 26/03/2024, 12:53 WIB
Bambang P. Jatmiko

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com – Pandemi menjadi game changer bagi banyak industri. Banyak pelaku usaha yang terdampak akibat corona melanda seluruh dunia, namun tak sedikit yang justru berkembang pesat.

Beberapa sektor yang justru berkembang ketika pandemi adalah bisnis yang berkaitan dengan kesehatan. Tak hanya obat-obatan farmasi, produk jamu herbal pun juga turut mendapatkan “berkah” ketika dunia tengah dilanda Corona.

Baca juga: Dari Jualan Jamu, Jubaedah Mampu Hidupi Tiga PAUD Gratis di Karawang

Salah satu produsen jamu herbal yang turut merasakan bagaimana pandemi justru mengubah bisnisnya menjadi lebih berkembang adalah Yuliana Rosita Dewi (48). Dia menjalankan bisnis berupa minuman instan dengan brand Dewi Poetri.

Warga Kelurahan Kaliabang Tengah Kota Bekasi Jawa Barat ini adalah salah satu produsen jamu herbal berupa minuman instan yang usahanya mengalami perkembangan pesat saat pandemi. Naiknya kesadaran akan kesehatan membuat banyak konsumen berbondong-bondong membeli produk yang dia buat.

“Alhamdulillah saat pandemi banyak permintaan. Saya bahkan sampai kirim jamu buatan saya ke daerah-daerah. Reseller saya bahkan sampai ke Dubai,” ujar dia saat ditemui Kompas.com, Kamis (21/3/2024).

Pandemi itulah yang menjadi titik balik Yuliana dalam menjalankan usaha jamu. Jika sebelumnya dia memproduksi jamu berdasarkan permintaan, semenjak itu dia lebih serius dan mencoba untuk terus berkembang dengan berbagai inovasi.

Variasi Produk

Hingga saat ini, tak kurang 15 varian produk minuman instan berbahan baku herbal telah dia hasilkan dengan merek Dewi Poetri. Beberapa produk bahkan menjadi best seller karena banyak diminati konsumen.

Baca juga: Prihatin Kondisi Air di Jakarta, Rully Ciptakan Sabun Herbal Ramah Lingkungan

“Varian baru yang saya kembangkan di antaranya ada minuman dengan bahan madu klanceng, bawang hitam, serta minuman untuk detoks paru-paru. Lainnya adalah minuman herbal seperti lemon sereh, dan sebagainya,” kata Yuliana.

Minuman instan yang dibuat Yuliana merupakan produk kering yang dikemas sedemikian rupa sehingga lebih awet tanpa menggunakan bahan pengawet. Hal itu dia lakukan setelah belajar dan melakukan riset mengenai tata cara pembuatan produk jamu.

Namun demikian, dia juga membuka pesanan untuk produk cair dalam kemasan, sebagaimana ketika dia memulai usaha ini pada tahun 2016.

Tak hanya variasi produk, Yuliana juga mulai berpikir mengenai kemasan produk. Dia yakin jika produk dikemas dengan baik dan lebih menarik, hal itu akan turut membantu meningkatan awareness konsumen terhadap produknya.

“Ketika awal menjalankan usaha jamu, saya membuat produk minuman yang dikemas dalam botol. Kemudian saya buat dalam kemasan standing pouch. Namun saat ini kemasan produk saya pakai karton kemasan,” jelas dia.

Dibantu PNM

Direktur Utama PNM Arief MulyadiKOMPAS.com/ Bambang P. Jatmiko Direktur Utama PNM Arief Mulyadi
Saat pandemi merupakan masa-masa yang menantang. Bukan karena bisnis Yuliana yang terganggu, namun lebih ke aspek permodalan. Permintaan yang cukup tinggi kurang diimbangi oleh kesiapan modal.

Beruntung, dia mendapat fasilitas pinjaman dari PT Permodalan Nasional Madani (PNM) yang merupakan bagian dari Holding Ultramikro yang dipimpin oleh PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BRI).

Fasilitas itu dia peroleh setelah sebelumnya mengajukan ke berbagai lembaga keuangan. Dari berbagai pertimbangan, dia memilih PNM karena proses yang jauh lebih mudah dan tidak ada agunan.

Halaman:

Terkini Lainnya
Dapat Bantuan Alat Modern, Perajin Patung dan Miniatur di Kota Malang Kebanjiran Pesanan
Dapat Bantuan Alat Modern, Perajin Patung dan Miniatur di Kota Malang Kebanjiran Pesanan
Program
LPDB Salurkan Pembiayaan ke KDKMP Sidomulyo Jember untuk Dukung Ekspor Kopi
LPDB Salurkan Pembiayaan ke KDKMP Sidomulyo Jember untuk Dukung Ekspor Kopi
Program
Kisah Para Penjual Makanan di Kawasan Industri Nikel Weda, Sehari Bisa Raup Omzet Rp 10 Juta
Kisah Para Penjual Makanan di Kawasan Industri Nikel Weda, Sehari Bisa Raup Omzet Rp 10 Juta
Jagoan Lokal
Penyaluran Kredit di 7 Wilayah Jatim Tumbuh 8,41 Persen, Malang Raya Didominasi Pelaku UMKM
Penyaluran Kredit di 7 Wilayah Jatim Tumbuh 8,41 Persen, Malang Raya Didominasi Pelaku UMKM
Training
Kementerian UMKM Fasilitasi Legalitas dan Pembiayaan kepada 1.000 Usaha Mikro di NTT
Kementerian UMKM Fasilitasi Legalitas dan Pembiayaan kepada 1.000 Usaha Mikro di NTT
Program
Pertamina Boyong 45 UMKM Binaan ke Trade Expo Indonesia 2025
Pertamina Boyong 45 UMKM Binaan ke Trade Expo Indonesia 2025
Program
Penjualan Stagnan, Puluhan UMKM di Kota Malang Dibekali Jurus Pemasaran Digital
Penjualan Stagnan, Puluhan UMKM di Kota Malang Dibekali Jurus Pemasaran Digital
Training
Tanpa Dirigen, Orkestra UMKM Hanya Riuh Tanpa Irama
Tanpa Dirigen, Orkestra UMKM Hanya Riuh Tanpa Irama
Program
Pedagang Mengeluh Soal QRIS, Diskopindag Kota Malang Akui Tak Bisa Paksa
Pedagang Mengeluh Soal QRIS, Diskopindag Kota Malang Akui Tak Bisa Paksa
Program
Indonesia Eximbank Luncurkan Buku Strategi Ekspor Jawa Tengah
Indonesia Eximbank Luncurkan Buku Strategi Ekspor Jawa Tengah
Program
Produk Sambel Uleg Hingga Pot Tanaman dari Jawa Timur Tembus Pasar Global
Produk Sambel Uleg Hingga Pot Tanaman dari Jawa Timur Tembus Pasar Global
Program
BRI Rampungkan Pelatihan bagi Pengelola 100 Desa BRILiaN
BRI Rampungkan Pelatihan bagi Pengelola 100 Desa BRILiaN
Program
BRI Peduli Bantu UMKM Raih Sertifikasi Halal
BRI Peduli Bantu UMKM Raih Sertifikasi Halal
Program
Jelang Perayaan Hari Kemerdekaan RI, Perajin Lampion di Kota Malang Kebanjiran Order
Jelang Perayaan Hari Kemerdekaan RI, Perajin Lampion di Kota Malang Kebanjiran Order
Jagoan Lokal
Indonesia Eximbank Salurkan Fasilitas Pembiayaan dan Penjaminan Ekspor ke Petro Oxo
Indonesia Eximbank Salurkan Fasilitas Pembiayaan dan Penjaminan Ekspor ke Petro Oxo
Program
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Close Ads
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau