Pada awalnya, Kikie memang berfokus pada tas. Namun, seiring berjalannya waktu Kikie merambah kepada botol minuman, mukena, sajadah, dan juga dompet yang semuanya bermotif Batik. Hal itu mendapat respon yang baik karena keunikannya yang memadukan batik.
D’Stories Indonesia pernah ikut dan lolos Kurasi Uniqlo. Benefitnya, produk-produknya dapat dipajang di salah satu gerai Uniqlo di mal-mal di Jakarta.
“Kurasi Uniqlo itu diikuti oleh banyak UMKM. Waktu itu sih dibilang sama pihak sana, kepilih salah satunya karena produk dompet saya, yaitu wallet organizer. Katanya unik soalnya multifungsi ada tempat buat handphone, uang, kartu, dan lainnya,” beber Kikie.
Kikie mengaku setelah produk-produknya dipajang di Uniqlo itu sangat membantu mem-branding D’Stories Indonesia menjadi punya nama dan diketahui oleh banyak orang.
Baca juga: 7 Langkah Merintis Bisnis Tas Branded dan Cara Cek Keasliannya
Modal yang Kikie gunakan untuk membangun D’Stories Indonesia berkisar di angka Rp 10 juta. Saat sekali produksi dengan menggunakan bujet tersebut akan menghasilkan omzet yang lumyan. Omzet itu akan digunakan untuk produksi secara terus menerus dengan pola yang sama.
“Kalo dirata-ratakan sekitar Rp 10 juta, tapi itu sebenarnya tergantung dari permintaan, kalau banyak permintaan modal pasti besar juga. Omzetnya pun cukup untuk membiayai tenaga kerja kami, cukup untuk memproduksi ulang, dan cukup untuk disimpan pribadi,” ujar Kikie.
Produksi atau pengerjaan produk D’Stories Indonesia memakan waktu 1-2 hari untuk dapat selesai. Produk-produk D’Stories dibanderol mulai dari harga Rp 50.000 hingga yang termahal Rp 1 jutaan. Setiap bulannya puluhan produk dapat terjual.
Memasarkan produknya dengan harga segitu, target pasar yang ingin disasar Kikie adalah usia 30 ke atas dan juga kelas menengah.
“Saya pasang harga segitu sebenarnya biar semua bisa afford dan supaya enggak terpaku pada suatu target pasar. Saya ingin produk ini bisa masuk ke seluruh masyarakat,” katanya.
Sampai saat ini Kikie mengaku hanya mempunyai satu tenaga kerja untuk penjahitan produknya. Kikie rela untuk menyekolahkan orang tersebut menjahit agar bisa menjahit untuk produk-produk Kikie.
Selain itu ia juga bermitra dengan pengrajin dan penjahit lainnya agar dapat menghasilkan seperti yang Kikie mau.
Kikie merasa tantangan yang ia hadapi adalah pada konsistensi kualitas produknya yaitu pada permasalahan penjahitan itu. Satu penjahit dengan penjahit lainnya kerap tidak sama saat menghasilkan suatu produk.
Baca juga: Kisah Stellar Coronae, Usaha Kerajinan Bunga Kering yang Berawal dari Hobi
Selain masalah penjahitan, ia sangat ingin tetap memproduksi dengan biaya yang terjangkau agar bisa dijangkau. Maka dari itu Kikie menggunakan seluruh bahan dari dalam negeri yang mempunyai kualitas bagus.
“Tapi semuanya ada solusinya, untuk mempertahankan kualitas, kami punya standar. Jadi produk dapat dipasarkan hanya setelah saya setujui. Jika belum, maka harus selalu diperbaiki dan dipelajari terus,” jelas Kikie.
Saat ini Kikie memasarkan produk-produk D’Stories dengan menggunakan media sosial Instagram (@dstories.id) dan Tiktok, lewat e-commerce Tokopedia, hingga aplikasi Padi UMKM. Untuk pemasaran langsungnya, Kikie hanya mengandalkan pameran atau bazar.