Mochi ini adalah bisnis oleh-oleh yang sangat bersinggungan langsung dengan industri pariwisata, sehingga saat pandemi kemarin, Moaci Gemini pun ikut terkena dampak negatifnya.
Tak menyerah apalagi berpasrah dengan keadaan, Stefania justru melihat dampak negatif pandemi itu sebagai kesempatan baru.
“Sudah pasti omzet kami turun kalau industri pariwisata turun, tetapi kami justru mulai bisa kirim online semenjak pandemi, dan sudah mulai pakai mesin juga,” jelas perempuan asli Semarang ini.
Era pandemi mengharuskan semua produk berbentuk makanan dan minuman harus terjaga ke-higenisannya, maka Stefania memutuskan untuk mulai menggunakan mesin dan memasuki era semi otomasi.
“Hingga 80 persen proses produksi Moaci Gemini sudah pakai mesin, selain memastikan mochinya higenis, juga sekaligus meningkatkan kualitas produksinya,” katanya.
Semakin berkembang dari tahun ke tahun, menjadikan Moaci Gemini populer dan memiliki lebih banyak pelanggan. Mereka pun kini sudah mempunyai empat cabang resmi di Semarang.
Dalam sehari, mereka bisa memproduksi 10 ribu dus mochi dan jika musim high season (liburan Natal, Idul Fitri, dan lainnya), jumlah produksi meningkat 5-7 kali lipat.
Dalam sebulan, bisnis oleh-oleh seperti Moaci Gemini dapat menghasilkan omzet kurang lebih sebesar Rp 1 miliar.
Semakin banyaknya permintaan, Stefania mulai memiliki concern soal orang-orang yang memiliki alergi kacang.
Untuk itu, ia mengeluarkan rasa-rasa lain seperti cokelat, durian, keju, pandan stroberi, jeruk, hingga oreo, supaya dapat dikonsumsi siapa saja, termasuk orang yang mempunyai alergi kacang. Sekaligus bisa bersaing di pasaran.
Namun, mochi dengan rasa kacang yang dilapisi biji wijen masih menjadi maskot dan best seller Moaci Gemini.
Mochi itu dibandrol dari harga Rp 30 ribu hingga Rp 70 ribu, bervariasi dari isi 10, 16, dan 25.
Baca juga: Mengintip Perjalanan Bisnis Bakmi Gang Kelinci, Berdiri Sejak Tahun 1957
Tak hanya menjual mochi di ke-empat cabang mereka, saat ini toko Moachi Gemini juga menjadi tempat bagi UMKM-UMKM lain untuk menitipkan produknya, dengan sistem konsinyasi.
“Kami ingin menjadi berkat bagi UMKM-UMKM di Semarang yang mempunyai potensi, kalau kita bisa bagi-bagi rezeki ya kenapa enggak, kan?” ujar Stefania.
Namun, Stefania menjelaskan makanan yang masuk ke Moaci Gemini Semarang bukan berarti yang asal masuk. Mereka akan melakukan kurasi, mulai dari mencoba semuanya terlebih dahulu hingga memerhatikan kemasannya.
Baca juga: Kisah Bisnis Legendaris AGTL Ny. Nani S, Berdiri Sejak Tahun 1989