JAKARTA, KOMPAS.com – Saat ini masyarakat mulai sadar akan pentingnya menjaga lingkungan. Perlahan tapi pasti, mulai terlihat adanya transisi gaya hidup berkelanjutan dalam aktivitas sehari-hari.
Misalnya memilih menggunakan produk-produk daur ulang, tidak menggunakan pelastik, dan menerapkan konsep bisnis ecopreneur untuk mengusung kegiatan perniagaan yang ramah lingkungan.
Ecopreneur atau wirausaha berkelanjutan mulai banyak diminati, terutama di kalangan anak muda. Ecopreneur mengacu pada jenis bisnis yang mengusung prinsip keberlanjutan, bertujuan untuk mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan, sekaligus memberikan nilai ekonomi.
Baca juga: Melalui LMF 2024, CEO Ecoxyztem Optimistis Peluang Generasi Muda Jadi Ecopreneur
CEO dan Co-founder Ecoxyztem, Jonathan Davy memperkirakan mindset ecopreneur ini di masa depan bisa menjadi sesuatu yang normal. Karena semua sektor bisnis bisa bertransisi untuk menjadi lebih hijau.
Selain itu, ia juga menegaskan bahwa ecopreneur bukan hanya sekadar tindakan baik atau goodwill semata, tetapi juga strategi bisnis yang cerdas dan menguntungkan.
“Banyak yang mengira keberlanjutan hanya niat baik. Sebenarnya, dengan bertransisi menjadi lebih hijau, bisnis akan membuka peluang baru, seperti diversifikasi pendapatan dan investasi yang lebih ramah lingkungan,” ujar Davy saat diwawancarai oleh Kompas.com di acara Press Conference Langkah Membumi Festival di Jakarta, (29/10/2024).
Baca juga: 4 Cara Mudah Membuat Bisnis Lebih Ramah Lingkungan
Menurut Davy, manfaat utama jika menjadi ecopreneur dan berbisnis dengan model ramah lingkungan yaitu sering kali menemukan peluang bisnis baru. Hal ini karena ecopreneur memiliki peluang terhadap diversifikasi bisnis.
Diversifikasi ini berupa bisnis dapat memanfaatkan inovasi teknologi ramah lingkungan atau menjalin kerjasama dengan investor yang peduli pada keberlanjutan. Dengan begitu peluang mereka untuk mengembangkan bisnis juga akan lebih besar dengan jangkauan stakeholder yang lebih luas.
“Kami sudah melihat study case yang sukses sekarang-sekarang ini. Ternyata dengan bertransisi lebih hijau bisnis bisa membuka opportunity-opportunity baru. Hal ini memungkinkan bisnis untuk mendapatkan diversifikasi penghasilan yang lebih baik,” jelasnya.
Baca juga: Cerita Rauf Bangun Bisnis Papercraft dengan Konsep Ramah Lingkungan
Mungkin masih banyak orang yang enggan menjadi ecopreneur karena mengira bisnis ramah lingkungan itu mahal, bagaimana caranya bisa untung?
Meskipun ecopreneurship sering dianggap mahal, Davy menekankan bahwa bisnis yang ramah lingkungan justru dapat menekan biaya operasional.
“Banyak yang mengira lebih mahal, tapi justru cost-nya itu berkurang jika kita berbisnis dengan ecopreneurship. Ternyata karena prosesnya, yang biasanya kalau cuma memakai sesuatu terus dibuang gitu kan enggak efisien. Kalau dengan waste tersebut kemudian bisa dikembalikan menjadi sumber daya yang bisa digunakan lagi, itu adalah proses efisiensi gitu,” jelas Davy.
Baca juga: 3 Ide Bahan Baku Bisnis Souvenir yang Murah dan Ramah Lingkungan
Dengan pengelolaan limbah yang lebih baik, bisnis tidak hanya bisa mengurangi biaya tetapi juga menambah nilai dari sumber daya yang ada.
“Jadi biaya produksi bisa lebih rendah, karena prinsip ecopreneurship memungkinkan bisnis untuk mengurangi pemborosan. Contohnya, proses daur ulang limbah menjadi sumber daya baru adalah bentuk efisiensi yang mengurangi biaya,” tambahnya.
Tak ketinggalan, salah satu keuntungan yang signifikan menjadi ecopreneur adalah dapat mengurangi emisi dan biaya energi melalui efisiensi proses.
Prinsip ecopreneurship ini tidak hanya membantu mengurangi jejak karbon, tetapi juga mendukung bisnis dalam mencapai bottom line yang lebih tinggi dengan pengeluaran yang lebih rendah.
Baca juga: 3 Tips Memilih Bahan Baku untuk Usaha Ramah Lingkungan
“Pengurangan emisi biasanya terjadi karena ada pengurangan energi yang dipakai atau efisiensi proses. Kalau prosesnya semakin efisien, maka energinya semakin sedikit dan artinya bisa lebih murah. Bottom line naik dan nantinya cost akan turun,” paparnya.
Davy juga menambahkan bahwa meskipun bisnis ramah lingkungan memerlukan proses adaptasi yang mungkin tidak instan, dalam jangka panjang hasilnya sangat menguntungkan.
“Ada proses pembelajaran untuk menemukan mekanisme yang paling efisien, tapi ujungnya pasti lebih murah jika prinsip hijau diterapkan. Dengan proses yang efisien, penggunaan energi akan berkurang, yang secara langsung menurunkan biaya operasional,” pungkasnya.
Baca juga: Usung Ramah Lingkungan, Kawedo Juice Siap Beli Lagi Botol Produknya
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.