PONTIANAK, KOMPAS.com – Di Indonesia, terdapat Kredit Usaha Rakyat (KUR) yang bisa dijadikan sumber pinjaman modal untuk menjalankan usaha. KUR adalah program pembiayaan/kredit bersubsidi pemerintah dengan bunga rendah, yang memberikan pembiayaan kepada Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM).
KUR ini dapat menjadi solusi jika UMKM membutuhkan modal dengan bunga rendah dan ingin menggunakan dana tersebut untuk mengembangkan bisnisnya. Ada banyak UMKM yang sudah berhasil berkembang dengan menggunakan KUR.
Seperti Siti Mashita (42), owner 101 Coffee House and Roastery, yang membuktikan bagaimana Kredit Usaha Rakyat (KUR) bisa menjadi solusi praktis untuk mendukung pertumbuhan usaha.
Shita sudah menggunakan KUR sejak ia berbisnis furniture di tahun 2008, awalnya Shita meminjam KUR BRI sebesar Rp 50 juta pada tahun tersebut. Kini, Shita sudah berbisnis kopi dan pinjamannya mencapai Rp. 500 juta.
Baca juga: Owner 101 Coffee House and Roastery Ungkap Manfaat Menggunakan KUR bagi UMKM
Dari modal yang ia dapatkan tersebut, Shita bisa mengelolanya dengan baik hingga bisnisnya bisa menghasilkan omzet mencapai ratusan juta dalam sebulan.
Melalui pengalamannya tersebut, ia berbagi beberapa tips bagi UMKM dalam menggunakan KUR dengan baik. Bagaimana cara menggunakannya? Simak penjelasan dari Shita berikut ini,
Dalam menggunakan KUR, banyak UMKM yang pada akhirnya tidak berkembang karena mereka seringkali tidak menggunakan keseluruhan dana untuk dijadikan modal usaha. Justru, banyak yang mengalokasikan pinjaman KUR tersebut untuk keperluan lain, misalnya memberi uang jajan anak, untuk uang belanja istri, dan semacamnya.
Padahal, menurut Shita, KUR seharusnya dimaksimalkan untuk mengembangkan usaha terlebih dahulu. Jika sudah ada omset dan pendapatan, baru bisa digunakan untuk keperluan lain.
Baca juga: Perjalanan Siti Mashita Bangun 101 Coffee House Roastery dengan KUR
“Biasanya Kelemahan UMKM itu, mereka tidak mencatat, tidak tertib, dan tidak disipin. Akhirnya modal terpakai untuk keperluan bukan usaha. Itu yang bikin asal mula usaha kita hancur,” katanya saat berbincang dengan Kompas.com, (11/11/2024).
Maka dari itu, Shita menekankan pentingnya disiplin dalam pencatatan keuangan. Mulai dari pencatatan pengeluaran harian, pemasukan, hingga perencanaan bulanan, semua perlu di data dengan baik.
Dengan pencatatan yang rapi, pemilik usaha dapat lebih mudah menganalisis kondisi bisnis, seperti profit dan cash flow. Pencatatan juga akan memudahkan dalam mengevaluasi kemampuan bisnis untuk membayar cicilan pinjaman dengan aman.
Baca juga: Tantangan Menggunakan Konsinyor dalam Bisnis dengan Sistem Konsinyasi
“Saya sebelumnya bekerja sebagai accounting, pernah kerja di perusahaan besar. Kemudian untuk di bisnis yang saya jalani sekarang ini saya coba menerapkan ilmu-ilmu apa saja yang mereka pakai kemarin. Walaupun awalnya bisnis saya masih kecil, saya coba terapkan pencatatan keuangan, disipin keuangan, alokasi dana,” jelas Shita.
Sebelum mengajukan KUR, Shita menyarankan agar pemilik UMKM melakukan perhitungan menyeluruh terkait kapasitas usaha mereka dalam mencicil pinjaman. Dengan pertimbangan matang, pinjaman KUR akan lebih efektif mendukung bisnis tanpa menimbulkan beban finansial yang berat.
“Kita pasti butuh tambahan modal untuk membesarkan usaha, tapi harus dengan pencatatan analisa yang tepat. Jangan sampai pinjaman itu malah istilahnya menghancurkan kita, makanya harus ada pencatatan dianalisa,” pungkasnya.
Baca juga: Konsinyor: Penjelasan dan Perannya dalam Konsinyasi Bisnis
“Misalnya kita pinjam KUR, mampu enggak bayar sekian? kalau kita pinjam sekian nanti omset kita berapa? apakah untung? kayak gitu. Nah, ini kita harus analisa dan itu akan sangat-sangat membantu. Seperti saya dari dulu awalnya pinjam Rp 50 juta, sekarang hampir dapat RP 500 juta, itu saya betul-betul manfaatin buat usaha dan Alhamdulillah Omset saya meningkat,” jelas Shita kemudian.
Shita juga menyarankan agar UMKM bisa mengalokasikan dana KUR fokus untuk memperluas bisnis, menambah inventaris, atau meningkatkan kualitas produk dan layanan. Pengembangan jangka panjang seperti ini membuka kesempatan usaha untuk mengakses pasar yang lebih luas dan meningkatkan daya saing.
"Modal awal kami sekitar Rp 400 juta rupiah untuk coffee shop pertama. Sekarang, pinjaman usaha kami di KUR BRI sudah mencapai Rp 500 juta, itu sudah jumlah maksimalnya. Semua itu digunakan untuk pengembangan bisnis," jelas Shita.
Baca juga: Menteri UMKM Yakin KUR Tepat Sasaran dan Berkualitas
Mengajukan KUR juga bisa menjadi strategi untuk menyiapkan bisnis di masa depan, misalnya mengembangkannya dengan membuka cabang baru seperti Shita.
Melalui modal yang ia dapat dari KUR BRI, kini ia bisa memperluas 101 Coffee House ke beberapa cabang baru dan membeli mesin roasting dengan kapasitas produksi yang lebih besar.
“Produksi kopi kami sebesar 600-700 kilogram per bulan dan memasok ke berbagai daerah di Kalimantan Barat serta kota-kota besar lainnya. Kami juga ada beberapa cabang dan sudah mempekerjakan 16 orang karyawan, include barista dan teman-teman disabilitas,” ungkapnya.
Sitha menyarankan agar pemilik UMKM tidak ragu memanfaatkan KUR jika mereka telah membuat rencana bisnis yang matang dan disiplin dalam mengelola keuangan. KUR bisa menjadi alat penting untuk mempercepat pertumbuhan usaha jika dikelola dengan baik.
Baca juga: Panduan Melakukan Referral Marketing untuk UMKM
Namun, ia juga menekankan bahwa kedisiplinan dan komitmen pada tujuan bisnis harus menjadi fondasi utama.
“Jangan takut meminjam KUR, kalau memang kita betul analisanya itu aman, yang penting disiplin keuangan. Selain itu, banyak juga kerjasama bisa dengan investor. Intinya jangan takut untuk meminjam modal, kalua memang kita mau jadi pengusaha,” tambahnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.