Astoetik menawarkan alat-alat membatik yang lebih canggih dan modern, menyediakan workshop dan pelatihan membatik, hingga menjual batik sesuai dengan pesanan. Intinya, semua hal yang berkaitan dengan industri batik bisa ditemui di Astoetik.
Menariknya, selain kompor batik listrik yang ikonik dan sudah terjual lebih dari 20.000 buah, ada salah satu produk lain yang juga menjadi unggulan mereka yaitu canting listrik portable yang praktis digunakan.
Bahkan, Aris mengklaim bahwa inovasi canting listriknya ini mungkin satu-satunya bukan hanya di Indonesia tapi juga di dunia.
Baca juga: Pemkab Serang Siapkan Sentra 12 Motif Batik Kabupaten Serang
"Jadi semuanya tentang batik ada di Astoetik, tentang batik. Teknologinya juga termasuk kami inovatif ya. Canting listrik ini baru kami inovasikan sekitar 2-3 tahun yang lalu. Mungkin ini satu-satunya di dunia. Praktis dan memudahkan siapa saja untuk membatik," ujar Aris dengan penuh antusiasme.
Selain itu, Astoetik juga memiliki mesin batik bernama SGD-4133 yang mampu mencanting secara otomatis menggunakan malam, tentunya untuk mempermudah proses produksi tanpa menghilangkan esensi batik sebagai seni tradisional.
“Ini harganya Rp 355 juta, mesin batik SGD-4133. Jadi mesin ini cukup dikasih gambar saja kemudian di-print. Disini nge-print-nya pakai malam, jadi dia nyanting sendiri pakai malam. Tinggal mewarnai saja. Tapi ini tetap dinamakan batik walaupun menggunakan mesin, karena prosesnya menggunakan malam,” katanya.
Baca juga: Sandiaga Uno Nilai Batik Gonggong Tanjungpinang Adaptif ke Nuansa Kekinian
Sehubungan dengan ini, lebih lanjut Aris menekankan bahwa batik itu bukan sekadar motif, tetapi sebuah proses dengan nilai budaya tinggi. Sehingga ia ingin meluruskan pandangan salah kaprah tentang batik, terutama di kalangan generasi muda.
"Itu yang perlu ditekankan khususnya ke para pemuda, agar mereka tahu sebenarnya batik itu adalah proses. Proses yang perlu diketahui, effortnya luar biasa. Makanya effortnya itu yang harus dihargai," tegasnya.
Di tengah perkembangan era digital, Astoetik juga tidak mau ketinggalan. Mereka sedang mengembangkan aplikasi bernama SIIAP (Sistem Informasi Inventory dan Aplikasi Penjualan), yang memungkinkan pengrajin batik memasarkan produk mereka secara online.
"Aplikasi ini membantu siapa saja untuk melihat dan membeli produk kami secara mudah. Sekarang sudah ada 202 produk yang kami unggah, dan akan terus bertambah. Dengan aplikasi itu saya cukup mencari pengrajin sebanyak mungkin, tinggal ditampilkan di e-commerce itu. Orang-orang akan tinggal check out disitu," jelas Aris.
Baca juga: Rumah Batik Fractal Fasilitasi Pemberdayaan UMKM Batik
Aris juga mengaku ingin semakin banyak bekerja sama dengan pengrajin batik lokal untuk memasarkan karya mereka, menciptakan ekosistem yang saling mendukung antara teknologi dan tradisi.
Dengan inovasi yang konsisten, produk-produk Astoetik kini telah tersebar di seluruh provinsi di Indonesia hingga ke mancanegara seperti Malaysia dan Cina.
"Jadi ya salah satu acuan warga luar juga ke Astoetik karena ingin lihat alat batik yang lengkap. Mereka datang hanya untuk melihat kompor batik listrik kami, mereka penasaran, mereka beli dan dibawa ke negara mereka untuk mencoba. Artinya mereka sebenarnya penasaran,” ungkap Aris.
Kapasitas produksi dan penjualan dari Astoetik juga luar biasa. Aris mengatakan, dalam sebulan untuk kompor batik listriknya saja bisa terjual hingga 300 buah. Sementara produk di Astoetik terdapat sekitar 200 produk berbeda.
Baca juga: Lewat Photoshoot, Cara Helwa Branding Batik jadi Tak Kuno