JAKARTA, KOMPAS.com – Zaman boleh berubah, tetapi tradisi Indonesia jangan sampai hilang termakan zaman. Kehadiran teknologi justru bisa dimanfaatkan untuk semakin mendorong modernisasi di berbagai sektor industri, termasuk dalam membatik.
Saat ini, membatik tidak harus melulu sulit dan menggunakan alat tradisional. Warisan Indonesia ini juga bisa dipelajari dan dilestarikan dengan alat-alat yang canggih dan mudah digunakan.
Seperti inovasi alat-alat keperluan membatik yang dibuat oleh Astoetik Indonesia.
Berproduksi di sudut Bantul, Yogyakarta, Astoetik Indonesia mampu membuat tradisi dan teknologi bertemu.
Baca juga: Peluang Bisnis Batik Ramah Lingkungan dari Limbah Kertas
Direktur CV. Astoetik Indonesia, Aris Stiyawan berinovasi di industri batik dengan pendekatan modern. Sebagai seorang lulusan Teknik Elektro, Aris Stiyawan (34), awalnya tidak pernah menyangka bahwa dirinya akan mendalami dunia batik.
Aris memulai perjalanan inovasinya di industri batik ini justru saat Indonesia tengah mengalami kesulitan karena pembatasan penjualan minyak tanah pada saat itu.
Melihat kondisi yang cukup sulit ini, Aris tergerak untuk menciptakan kompor batik listrik pada tahun 2013 sebagai solusi atas kenaikan harga bahan bakar minyak tanah.
Dengan kompor elektrik, para pembatik tidak perlu lagi menggunakan kompor tradisional yang membutuhkan minyak tanah untuk membatik.
Baca juga: Kisah Perajin Batik Kujur Tanjung Enim Angkat Warisan, Inovasi, dan Keberlanjutan
"Saya juga awalnya enggak kepikiran, karena saya orang elektro. Tapi saat itu pemerintah menghentikan subsidi BBM, dan para pembatik kesulitan karena tadinya kan mereka menggunakan kompor minyak tanah, tapi karena enggak ada minyak tanah jadi pusing kan. Dari situ, saya mulai menciptakan sebuah kompor listrik, dan ternyata pasarnya luar biasa," kenang Aris saat berbincang dengan Kompas.com, (21/11/2024).
Kompor batik listrik tersebut tidak hanya diterima dengan baik, tetapi juga menjadi cikal bakal berdirinya Astoetik. Nama Astoetik sendiri merupakan singkatan dari Auto Electric Stove for Batik, yang juga produk inovatif pertama mereka.
Aris juga bercerita sedikit tentang perjalanan dan rebranding Astoetik. Mulanya pada tahun 2013 Aris mulai melakukan riset dan membuat kompor batik listrik. Sehingga pada tahun 2014 ia mendirikan PT dengan nama lain terlebih dahulu yang kemudian resmi di-rebranding dengan nama CV. Astoetik Indonesia pada tahun 2019.
Baca juga: Kisah Batik Aromaterapi dari Madura, Berhasil Ekspor ke Amerika Serikat
Bahkan usut punya usut, pada saat awal-awal Aris merintis bisnis alat membatiknya ini, ia masih bekerja di BUMN. Bekerja sambil menjalankan bisnis ternyata tak bisa membuat Aris bisa memaksimalkan keduanya, sehingga ia harus memilih salah satu.
Setelah melihat adanya peluang yang semakin menjanjikan dari inovasinya tersebut, Aris memutuskan untuk keluar dari pekerjaannya dan melanjutkan berbisnis. Ternyata, menurut Aris langkah yang ia ambil tersebut terbukti benar, bisnisnya justru semakin berkembang pesat.
“Justru saya sebenarnya awal merintis batik itu masih bekerja di salah satu BUMN ya. Tapi ketika saya bekerja dan berbisnis itu dua-duanya di sambi jadi nggak maksimal. Akhirnya saya fokus untuk di dunia bisnis dan alhamdulillah itu terbukti ya. Ketika saya resign, ternyata memang bisnisnya jadi lumayan scale up,” pungkasnya.
Baca juga: Para Pelaku Usaha Ini Membuat Inovasi Produk yang Unik dengan Batik
Astoetik menjadi pelopor alat-alat canggih untuk industri batik yang tidak hanya diminati di Indonesia, tetapi juga mancanegara. Seiring waktu, Astoetik berkembang pesat dan kini menawarkan lebih dari 200 produk yang mencakup alat dan bahan untuk batik.