JAKARTA, KOMPAS.com - Desa Wisata Kubu Gadang di Padang Panjang, Sumatera Barat, merupakan desa wisata berbasis experiential learning.
Di sana, pengunjung diajak untuk belajar menanam padi, memasak rendang, hingga mencoba atraksi unik seperti silek lanyah, sebuah seni bela diri tradisional yang dilakukan di lumpur.
Selain itu, saat ini mereka telah mengelola 22 homestay yang menjadi bagian dari salah satu daya tarik wisatanya. Dengan kapasitas 44 kamar dan mampu menampung hingga 150 orang, Kubu Gadang terus mengembangkan infrastruktur dan pelayanan homestay mereka.
Baca juga: Desa Wisata Kubu Gadang Raih Juara 1 IMA UMKM Award 2024 Kategori Wisata
Seperti yang diketahui, dengan masyarakat menyediakan layanan homestay di rumah-rumah mereka, tentu akan aada banyak turis baik dari lokal maupun asing yang singgah di rumah tersebut.
Uniknya, di tengah nilai dan adat Sumatera Barat yang kuat, pengelolaan homestay ini berhasil dilakukan tanpa meninggalkan akar budaya Minangkabau. Desa Wisata Kubu Gadang tetap menjunjung tinggi nilai-nilai adat serta agama yang menjadi pedoman masyarakat setempat.
Homestay di Kubu Gadang bukanlah properti kosong yang dikhususkan untuk tamu. Melainkan sebagian besar masih dihuni oleh pemilik rumah, yang sering kali terdiri dari nenek, kakek, atau keluarga besar.
Baca juga: UMKM Kategori Wisata dan Umum Raih Penghargaan IMA UMKM Award 2024
Pada dasarnya Hal ini memberikan pengalaman unik bagi wisatawan, karena mereka bisa merasakan langsung kehangatan interaksi dengan masyarakat setempat.
Pengelola homestay juga memadukan unsur budaya dalam pelayanan mereka, dengan begitu pendatang bisa mempelajari budaya-budaya setempat. Melalui strategi seperti ini, meskipun dengan homestay mereka menderima pendatang dari luar, tetapi tidak meninggalkan budaya yang ada.
Misalnya wisatawan disambut dengan pertunjukan seni tradisional pandai silat atau diajak berkeliling desa menggunakan kendaraan khas yang mereka sebut “pajero”, yaitu mobil pickup yang telah dimodifikasi.
Baca juga: Semen Padang Kembangkan Destinasi Wisata Kampung Songket di Sawahlunto
“Kebetulan kita enggak punya rumah gadang untuk homestay, tapi rumah masyarakat yang masih ada penghuninya sebagian, jadi ada neneknya, ada kakeknya. Nanti juga disambut sama pandai silat dan bisa ngerasain naik ‘pajero’ ke kubu gadang. Pajero itu maksudnya mobil pick up, itu kita bawa keliling desa sampai ke sungai,” cerita pionir dan perintis Desa Wisata Kubu Gadang, Yuliza Zen saat berbincang dengan Kompas.com di Jakarta, (6/12/2024).
Tentu saja dalam mengelola homestay sangat perlu dipastikan kebersihan dan kenyamanan sesuai standar. Begitupun Homestay di Kubu Gadang, mereka telah tersertifikasi CHSE (Cleanliness, Health, Safety, and Environment Sustainability).
Baca juga: Perjalanan Sisi Menjadi Seniman, Kini Buka Wisata Edukasi Imah Keramik
Hal ini dilakukan untuk memastikan bahwa semua aspek penginapan, seperti sprei putih bersih dan fasilitas kamar mandi modern, memenuhi standar wisatawan. Menariknya, kesadaran masyarakat untuk meningkatkan fasilitas ini juga datang dari inisiatif mereka sendiri.
“Menariknya di Kubu Gadang, mereka mungkin karena sadar ini bernilai ekonomi jadi mereka mau upgrade sendiri. Warga mulai membeli sprei bagus atau membuat kamar mandi di dalam kamar mereka, tanpa harus menunggu bantuan dari Pokdarwis (Kelompok Sadar Wisata),” ungkap Yuliza.
Sebagai desa dengan tradisi dan adat Minangkabau yang kuat, Kubu Gadang tentu sangat memperhatikan nilai-nilai agama dan budaya. Untuk itu, dibuat Standar Operasional Prosedur (SOP) yang memastikan homestay tidak melanggar prinsip adat. Beberapa aturan yang diterapkan.
Baca juga: Kemenparekraf Siapkan Siapkan Cendera Mata dan Paket Wisata dalam WWF ke-10
SOP tersebut mencakup peraturan mulai dari tidak memperbolehkan minuman keras di homestay, hingga menetapkan aturan ketat untuk memastikan tidak ada tamu yang bukan muhrim menginap bersama.