Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pelaku Industri Furnitur Jepara Harap KTT ASEAN Buka Akses Kran Ekspor

Kompas.com - 07/09/2023, 10:37 WIB
Puthut Dwi Putranto Nugroho,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

JEPARA, KOMPAS.com - Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN 2023 yang dipusatkan di Jakarta pada 5 - 7 September direspons positif para pelaku usaha industri furnitur di Kabupaten Jepara, Jawa Tengah.

Pemilik Furncraft.id, Haidar Zaqi Umar, berharap kran ekspor produk furnitur semakin terbuka setelah digelarnya event internasional tersebut. Sehingga bisa mendorong perkembangan industri furnitur khususnya di Jepara untuk bangkit kembali pasca-pandemi Covid-19.

"Kami berharap KTT ASEAN dapat membantu Industri Furniture di Jepara untuk bangkit kembali, terutama dengan membuka kembali pasar yang sempat tertutup akibat pandemi Covid-19," jelas Haidar, Rabu (6/9/2023).

Baca juga: ACE-YS 2023 Fokus Menilik Peluang Ekonomi Kreatif Pasar Asia

Menurut Haidar, beberapa negara ASEAN seperti Malaysia dan Singapura diakuinya bisa menjadi target pasar ekspor yang menjanjikan untuk pelaku usaha industri furnitur di Jepara.

"Bahkan saat ini kami masih sering mengirim ke Singapura untuk beberapa merek tertentu," ungkap Haidar yang menyediakan beragam produk-produk furnitur berkualitas ini.

Dijelaskan Haidar, pasar Singapura disebutnya cukup bagus karena banyak pedagang (trader) yang bergelut di sektor furnitur. Mereka, kata dia, biasanya melakukan rebranding dan menjual kembali produk asli Jepara yang sudah diakui kualitasnya.

"Ada beberapa merek tertentu yang tidak bisa kami sebutkan, sebenarnya hasil karya dari tangan perajin di Jepara," ujar pria jebolan Kedokteran Gigi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta ini.

Haidar menuturkan saat ini yang paling dibutuhkan industri furnitur di Jepara adalah edukasi mengenai branding dan desain.

Karena biasanya, sambung dia, industri furnitur Jepara hanya produsen dari desain dan merek orang lain. Sehingga harapannya pemerintah bisa ikut memfasilitasi industri furnitur Jepara untuk mendukung branding dan desainnya.

"Sudah saatnya industri ini menjadi pemilik merk dengan design yang otentik (authentic). Jadi produksi untuk merek luar berjalan, tetapi memperkenalkan merek kita sendiri juga jalan," kata Haidar.

Tolak Diskriminasi Perdagangan

Dijelaskan Haidar, saat ini yang menjadi pekerjaan rumah pemerintah yaitu menolak diskriminasi perdagangan dan hilirisasi industri.

"Kita semuanya harus terus menyuarakan kerja sama yang setara. Kita mampu mendesain, kita mampu memproduksi, kita mampu memberi merk, kita mampu memasarkan. Dari hulu ke hilir kita mampu melakukan," kata Haidar.

Sementara itu pencapaian saat ini pemerintah sudah memberikan kemudahan bagi industri untuk mengurus perizinan dengan mudah yang bisa dilakukan secara online.

Baca juga: Cerita Sri Haryati, Ibu Rumah Tangga yang Tekuni Usaha Batik Tulis

"Untuk perizinan saat ini sangat mudah bahkan pendaftaran merek HAKI juga hanya memakan biaya Rp 500.000 hingga Rp 1,5 juta. Banyak izin sekarang yang bisa dilakukan secara online," tutur Haidar.

Serupa halnya Haidar, owner industri furnitur Hoii, Wahyu Susilo Adi, pun gayung bersambut dengan momentum KTT Asean di Indonesia.

"Tentunya harapannya bisa memperkenalkan kembali ukiran dari Kabupaten Jepara," kata Wahyu.

Disampaikan Wahyu, KTT Asean dinilai berkontribusi menciptakan pasar baru yang dapat meningkatkan gairah bisnis furnitur di Indonesia terutama di Kabupaten Jepara.

Selama ini perusahaan yang memproduksi beragam produk mebel miliknya itu telah masuk ke pasar ekspor di Taiwan.

"Semoga KTT Asean bisa ini bisa membuka pasar baru ekspor untuk mebel ukir, bukan hanya mebel yang minimalis," pungkas Wahyu.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau