Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Rully Jalankan Bisnis Sagu dengan Manfaatkan Digital Marketing

Kompas.com - 07/09/2023, 21:22 WIB
Nur Wahyu Pratama,
Bestari Kumala Dewi

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com – Sagu merupakan salah satu makanan pokok di Indonesia. Pada umumnya, masyarakat Indonesia yang tinggal di wilayah Indonesia Timur, seperti Maluku dan Papua menjadikan sagu sebagai makanan pokok pengganti nasi.

Selain itu, makanan berbahan dasar sagu dapat dijumpai di Kota Makassar, Sulawesi Selatan.

Salah satu makanan khas Sulawesi Selatan yang menggunakan sagu adalah kapurung.

Baca juga: Cerita Christine Membangun Bisnis Biji Kopi Panggang untuk Kenalkan Toraja Sapan

Peluang ini rupanya dilihat oleh Wagiman sebagai founder dari Sago One. Wagiman yang lahir pada tahun 1960, melihat potensi ekonomi dari berlimpahnya sagu di daerahnya.

Tahun 2011, Wagiman mulai membangun Sago One. Dengan menggunakan sepeda motor, ia menjajakan sagu yang dijualnya ke berbagai pelaku usaha.

Namun kini, karena usia Wagiman yang semakin menua, maka usaha Sago One dilanjutkan oleh anaknya, Rully (31).

Diceritakan Rully, dulu di awal membangun Sago One, Wagiman menjual sagunya keliling pasar dengan memberikan sampel sagu secara gratis.

"Jadi, saat itu konsumen mencoba dulu, kalau cocok baru bayar," kata Rully dalam acara Bunex 2023 di ICE BSD, Kamis (7/9/2023).

Lebih lanjut ia mengungkap, sagu yang dijual di Sulawesi Selatan mayoritas adalah sagu basah, sehingga rentan rusak.

Sebab itu, selain ke pasar-pasar, Wagiman juga menjual sagunya ke beberapa penjual bakso yang ada di Kota Makassar, Sulawesi Selatan.

“Ayah saya asli dari Solo. Kalau di Jawa, khususnya asli daerah Solo, kebanyakan orang bikin bakso pakai sagu,” jelasnya.

Baca juga: Cerita Via Merintis Usaha Lova Cookies, Selalu Siap Menerima Permintaan Khusus

Kesulitan Menggunakan E-Commerce

Di era digital sekarang ini, Rully mengaku, sebagai pelaku usaha, dirinya juga ingin memanfaatkan kemudahan e-commerce untuk memperluas jangkauan pasar.

Sayangnya, tak semudah itu bagi Sago One. Pasalnya, sagu memiliki massa yang berat.

“Karena sagu berat, maka biaya pengiriman menjadi mahal. E-commerce juga belum mendukung pengiriman satu mobil pick-up atau satu mobil truk,” jelas pria jebolan Universitas Negeri Makassar ini.

Ia mengakui, tantangan menjual Sago One ini salah satunya adalah soal distribusi. Untuk pengiriman sagu ke luar pulau Sulawesi terbilang sulit, karena ongkos pengiriman yang mahal.

Halaman:

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau