MALANG, KOMPAS.com - Batik tulis menjadi salah satu bisnis UMKM yang terdampak pandemi Covid-19. Sebagaimana yang terjadi di Kabupaten Malang Jawa Timur, rata-rata perajin di tempat ini mengalami penurunan penjualan hingga 50 persen selama pandemi Covid-19.
Ketua paguyuban Batik Tulis Hasta Padma, Soepriyanto menduga penurunan itu karena batik bukan merupakan kebutuhan pokok masyarakat.
"Sehingga wajar saja jika menurun," ungkap Soepriyanto melalui sambungan telepon, Senin (8/8/2022).
Baca juga: Teten Masduki: Adaptasi dalam Transformasi Digital Jadi Kunci Resiliensi UMKM
Bahkan, dari sekitar 110 orang pengrajin batik yang tergabung dalam Hasta Padma, beberapa di antaranya beralih profesi sebagai ke pekerjaan lain.
"Kebanyakan banting setir sebagai pengecer makanan. Sebab komoditas itu yang banyak dibutuhkan oleh masyarakat di tengah pandemi," tuturnya.
"Namun yang beralih profesi hanya sekitar 10 persen saja. Selebihnya masih tetap konsisten sebagai pengrajin batik," imbuhnya.
Perajin batik asal Kecamatan Bantur, Kabupaten Malang itu pun mengaku tidak mampu berbuat banyak untuk menggenjot penjualan batik anggotanya. Sebab, kegiatan pameran sebagai salah satu inovasi yang biasanya bisa menggenjot penjualan pun tidak bisa di lakukan selama pandemi Covid-19.
"Jalan satu-satunya ya jualan secara online, meskipun tidak terlalu menggenjot secara signifikan, tapi ya lumayan," katanya.
Hingga saat ini, seiring melandainya pandemi Covid-19, penjualan hasil kerajinan batik tulis belum pulih secara maksimal.
"Kondisinya masih tetap. Namun, kami tetap harus berkarya. Sebab terlepas menurun atau tidak, kerajinan batik tetap menjadi passion kami," pungkasnya.
Baca juga: Danau Toba Rally Dorong UMKM Kawasan Danau Toba Bergeliat
Sementara itu, salah satu pengrajin batik asal Pakisaji, Astutik Ningtias (53) mengaku tidak terlalu berdampak akibat adanya pendemi Covid-19.
"Alhamdulillah, setiap bulan selalu ada orang yang membeli hasil kerajinan saya," ujarnya saat ditemui, Senin.
Sebab, menurutnya ia telah mempunyai pelanggan tetap perseorangan yang selalu membeli hasil karyanya setiap bulan.
"Pelanggan inilah yang kemudian ketok tular ke orang lain dan membeli kepada saya," tuturnya.
Namun rata-rata mereka membeli batik saya yang kualitas premium, dengan bahan dan konsep tertentu.
"Untuk yang kualitas premium ini harganya berkisar Rp 600 hingga 1,5 juta per item," tandasnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.