Kompas.com – Memiliki keterbatasan bukanlah suatu penghalang bagi seseorang dalam berkarya. Hal ini dibuktkan oleh Maulidin Taufik, warga Bogor, yang memiliki keterbatasan sebagai anak disleksia.
Namun demikian, dia mampu merubah kekurangannya menjadi suatu kelebihan yaitu handal dalam membuat karya seni diorama.
“Waktu kecil, orang tua saya merasa anaknya mengalami keterlambatan, bahkan saya ketika SD kelas satu dua kali. Setelah dikonsultasikan ke dokter saya dinyatakan mengalami kecenderungan disleksia,” kata Maulidin Taufik, seperti yang diterima kompas pada Jum’at (29/9/2023).
Baca juga: Membedah Isu Social Commerce dan Ekonomi Digital
Taufik meyakini membuat karya seni diorama sebagai terapi pribadi.
“Saya waktu kecil diterapi dengan belajar melalui karya seni, mulai dari disediakan alat-alat seni, seperti wadah, cat, kuas, dan lainnya. Mulai dari situ, saya mulai belajar seni,” ungkapnya.
Ia menambahkan, waktu kecil, biasanya anak-anak punya mobil mainan atau action figure itu ingin ada rumah-rumahannya dan bangunannya juga.
Baca juga: Teten Masduki Sampaikan Dampak Perkembangan E-Commerce Terhadap UMKM
Selain itu, ia mendapat warisan jiwa seni dari Ibunya yang merupakan seorang designer baju di daerah Jakarta. Jadi, basic seni Taufik memang berasal dari keturunan.
Sebelum memutuskan untuk menjadi seorang seniman diorama. Taufik pernah bekerja sebagai tim kreatif di salah satu perusahaan industri kreatif pada tahun 2014.
“Di perusahaan, saya ditugaskan membuat craft atau kerajinan lain. Awalnya, saya membuat diorama hanya sebagai sampingan saja,” ujarnya.
Baca juga: 6 Tips Sukses Membuka Jasa Pembuatan Website bagi Pelaku Usaha Pemula
Akhirnya, pada tahun 2022 saat pandemi, Taufik resign dari perusahaan industri kreatif dan mulai fokus untuk menjadi konten kreator diorama dan ada beberapa juga karyanya yang dia jual.
Sejak tahun 2014, sudah banyak produk yang berhasil dibuat oleh Maulidin Taufik. Sejumlah karya seni diorama yang ia buat pun viral di jagat dunia maya.
Diorama yang dibuat, seperti diorama Stasiun MRT Haji Nawi, diorama Pasar Jatinegara, diorama pemandangan alam jepang, dan diorama suasana 17-an. Setiap karyanya selalu memiliki cerita di dalamnya sehingga memiliki value yang besar.
Baca juga: Minuman Wine Kopi Asal Cirebon Tembus Pasar Global
Taufik mengatakan, dirinya membuat diorama tidak hanya ada bangunan, orang, mobil, dan pohon. Ia selalu memasukan cerita kedalamnya sehingga karyanya memiliki value yang lebih besar.
“Misalnya ada seorang anak sedang jalan-jalan sama ibunya dan di depannya bertemu dengan ayahnya yang baru pulang kerja. Story itu penting karena karya seni dinilai mahal karena ada cerita dibalik karya seni itu,” tuturnya.
Harga yang ditawarkan Taufik berbeda-beda tergantung dari ukuran, detail, dan tingkat kerumitan pembuatan. Biasanya, untuk request atau preorder ukuran 30 cm X 30 cm dikisaran Rp 5 juta hingga Rp 10 juta. Sedangkan untuk orang luar negeri biasanya dua kali lipat.
Baca juga: Bisa Dari Rumah, Simak Tips Sukses Memulai Usaha Sushi Rumahan
“Kalau dioramanya lebih besar dan lebih rumit biasanya mulai dari puluhan juta sampai ratusan juta. Biasanya tergantung kerumitan dan detail seperti apa,” ungkapnya.
Di Indonesia, sebenarnya diorama sudah cukup lama eksis. Cuma, ke eksposnya baru sekarang karena media sosial.
Taufik mengatakan, kita punya komunitas yang bernama DSAS (Diorama Share And Sale).
“Dinamakan DSAS karena kita ingin mendukung teman-teman UMKM dan seniman lokal agar dioramanya bisa dibagikan di media sosial dan bisa dijual-belikan,” lanjutnya.
Baca juga: Pemuda Putus Sekolah di Lampung Dilatih Desain Grafis dan Bisnis Digital
Untuk saat ini, karya Taufik sudah berhasil dijual di Luar Negeri, seperti Kanada, Malaysia, Singapura, China, Hongkong, dan Taiwan.
“Saya senang dengan pembeli dari luar negeri karena orang luar negeri tidak banyak nawar harga dan biasanya saya memberikan harga bisa dua kali lipat dibanding harga lokal,” guyon Taufik.
Saat awal memulai usaha, Taufik mampu memperoleh omset mencapai Rp 15 juta hingga Rp 20 juta.
Baca juga: Perjalanan Ahmad Fauzi Bangun Usaha, dari Beternak hingga Ciptakan Sijalu Smart Poultry
“Kalau sekarang kayanya bisa lebih besar karena sekarang media sosial cukup ramai dan saya banyak kolaborasi sama teman-teman komunitas,” terangnya.
Taufik mengatakan, karya seni tidak hanya dapat dinikmati oleh pribadi, tetapi bagaimana caranya orang luas skala global juga bisa menikmati karya kita.
“Ini lho, anak Indonesia, yang punya keterbatasan tapi menghasilkan karya yang dilirik di berbagai belahan dunia,” pungkasnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.