JAKARTA, KOMPAS.com - Kopi menjadi komoditas yang semakin penting di kawasan sekitar Danau Toba, seiring dengan besarnya peran komoditas tersebut mengangkat kesejahteraan petani dan perekonomian di wilayah tersebut.
Saat ini banyak kafe yang menawarkan kopi arabika yang dihasilkan dari kawasan Danau Toba, sehingga permintaan kopi yang diproduksi dari wilayah ini pun mengalami kenaikan.
Salah satu petani kopi yang tinggal di Desa Sihaporas, Kecamatan Pematang Sidamanik, Kabupaten Simalungun, Reni Marpaung (46), mengungkapkan bahwa saat ini dia tidak mengalami kesulitan untuk menjual kopi-kopi yang dihasilkan dari lahan keluarganya.
Baca juga: 10 Kopi Terbaik dari Petani Jabar Akan Pameran Ikut World of Coffee di Italia
Karena itu pula, kopi yang ditanamnya perlahan-lahan menjadi sumber pendapatan utama bagi keluarga.
Apalagi, saat ini para petani bisa melakukan pemanenan 2 minggu sekali seiring dengan peremajaan tanaman kopi dengan memanfaatkan varietas unggul yakni jenis Komasti.
Sebelumnya, para petani tidak bisa berharap banyak ketika mereka menanam varietas lokal, yakni kopi sigarar utang.
“Kami sekarang sangat terbantu dengan kopi. Dulu kopi hanya sebagai tanaman pelengkap, yang ditanam di sela-sela tanaman lain seperti jagung, cabai, dan sebagainya. Sekarang, kopi justru yang paling menguntungkan dibandingkan dengan tanaman lain setelah kami dibina oleh PT Toba Pulp Lestari Tbk,” kata dia dalam keterangan resmi, Jumat (19/8/2022).
Dia menyebutkan, dalam 2 minggu sekali, dia bisa memanen kopi yang ada di lahannya seluas sekitar 4.000 meter persegi. Dari panen itu, Reni bisa meraup sekurang-kurangnya Rp 1,5 juta dari penjualan kopi yang telah menjadi green bean.
Para petani lain pun juga bisa memperoleh hasil yang kurang lebih sama dengan yang diperoleh Reni. Hal ini karena para petani kopi di wilayah tersebut menggunakan varietas kopi Komasti yang berasal dari Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Jember, Jawa Timur.
Adapun varietas kopi yang saat ini mulai banyak ditanam oleh petani kopi di desa ini adalah Komasti. Varietas tersebut saat ini menjadi primadona petani karena bisa berbuah hanya dalam rentang waktu 1,5 tahun sejak penanaman.
Sementara itu petani lainnya, Fitri Barimbing (38), menyebutkan, dengan kopi, pendapatan keluarga menjadi lebih stabil. Dia bisa menabung untuk memenuhi berbagai keperluan dari hasil penjualan kopi.
“Bahkan kalaupun anak ingin sekolah tinggi, kami sudah siap karena kopi yang kami tanam ini bisa diandalkan hasilnya,” kata Fitri.
Baca juga: Punya Cita Rasa Unik, Kopi asal Bengkulu Sangat Digemari Orang Malaysia
Fitri juga mengungkapkan, para petani di wilayahnya mulai mengalami perbaikan kesejahteraan dari kopi semenjak menjalin kemitraan dengan PT Toba Pulp Lestari Tbk.
“Saya melihat sendiri, kopi-kopi yang kami tanam menjadi lebih produktif dan lebih menghasilkan setelah kami mengimplementasikan teknik penanaman yang diajarkan oleh TPL,” kata Fitri.
Community Development / Corporate Social Responsibility Officer PT Toba Pulp Lestari Tbk Tasya Sirait mengungkapkan, perusahaan memang memiliki program untuk memberdayakan para petani kopi di kawasan Danau Toba yang diberi nama Sekolah Kopi.
Tak hanya mengajarkan cara roasting dan penyajiannya, Sekolah Kopi TPL juga mengajarkan para petani kopi teknik menanam yang baik agar kopi yang ditanam bisa menghasilkan lebih maksimal. Untuk peng
Baca juga: Kopi Ijen, Dari Banyuwangi Merambah Mancanegara
“Sebelum kami memberikan bantuan, kami melakukan survei dulu ke lahan yang digunakan oleh petani, serta melihat berbagai kendala yang dihadapi. Setelah itu, kami memberikan bantuan sekaligus pelatihan dan pendampingannya,” kata Tasya.
Beberapa teknik yang diajarkan oleh TPL ke petani kopi adalah penanaman dan pemeliharaan. Bagaimanapun, agar lebih produktif, tanaman kopi harus dikelola dengan baik.
Hingga saat ini PT TPL membina tak kurang dari 200 petani kopi yang ada di sekitar Danau Toba, seperti halnya di Kabupaten Simalungun, Kabupaten Toba, Kabupaten Humbang Hasundutan, serta Kabupaten Tapanuli Utara.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.