JAKARTA, KOMPAS.com – Di zaman yang serba cepat, semua orang menyukai hal yang praktis. Berbagai bisnis makanan dan minuman praktis pun mulai bermunculan.
Salah satu contohnya adalah bisnis minuman sereal. Untuk memenuhi gizi dalam tubuh, orang akan memilih makanan atau minuman yang ready to eat atau ready to drink.
Melihat kenyataan itu, Abel Jatayu menciptakan bisnis minuman sereal bergizi yang dinamakan dengan Numbuk. Numbuk adalah usaha minuman sereal alami dari kacang-kacangan dan beras yang dijadikan ke dalam bubuk untuk diseduh dan diminum.
Baca juga: Di Tangan Muhamad Nuhin, Biji Kurma Berhasil Diolah Jadi Minuman Kesehatan
Abel mulai membangun bisnis Numbuk sejak 2019. Awalnya, Abel hanya melanjutkan usaha keluarganya, yaitu bisnis snack sehat dari kacang-kacangan. Kemudian, ia mengembangkan produk baru, yaitu minuman sereal dari bahan-bahan alami.
“Waktu lulus S1 saya nunggu beasiswa buat S2 ke luar tapi enggak dapet-dapet, jadinya saya lanjutin usaha keluarga dan ngembangin produknya. Dengan pakai bahan yang sama namun beda produk, saya buat minuman sereal,” kata Abel, di Jakarta (07/03/2024).
Bisnis ini ia bangun juga untuk mempermudah orang untuk mengonsumsi produk serat dalam negeri. Ia berangkat dari riset penelitian yang dilakukan Kementrian Kesehatan tahun 2018.
Kementerian Kesehatan menyatakan masyarakat Indonesia kekurangan serat harian. Akhirnya Ia memakai kacang, beras, dan biji-bijian untuk dijadikan minuman yang mudah dikonsumsi.
Abel mengaku tak punya basic untuk berbisnis karena dirinya merupakan lulusan dari jurusan Ilmu Sejarah di Universitas Diponegoro. Namun, ia bertekad untuk melanjutkan usaha keluarganya dan ingin terus mengembangkan produk Numbuk.
Saat awal mengembangkan usaha, Abel memerlukan dana untuk mengembangkan produk Numbuk. Ia bahkan menggunakan pinjaman.
Usahanya baru jalan satu tahun, lalu setelah itu ditimpa pandemi. Awalnya ia sempat terpikirkan untuk ingin menutup usahanya tersebut.
Berkat dukungan dan nasehat dari orang tuanya, Abel melewati masa jatuh bangun tersebut. Abel berhasil mempertahankan Numbuk menjadi bisnis yang sukses.
“Baru awal buka Numbuk waktu itu udah kena pandemi, penjualan ancur, usaha snack keluarga juga terkena dampaknya. Saya enggak yakin mau lanjutin usaha ini waktu itu, tapi berkat nasehat dari ayah, saya enggak jadi tutup usaha ini. Ajaibnya saat itu justru malah ditolong sama pendapatan dari Numbuk ini,” jelas pria berusia 31 tahun itu.
Hingga saat ini usaha Numbuk dapat terbilang sukses. Numbuk dapat memperkerjakan tujuh orang tenaga kerja dari Salatiga, sesuai usaha lokasi Numbuk.
Numbuk juga dapat membuka gerai atau toko fisiknya di Salatiga. Di situ ada rumah produksi dan rumah wisata.
“Di Salatiga kita buka toko untuk jualannya, rumah produksi, sampai rumah wisata. Jadi customer yang beli produk Numbuk bisa lihat secara langsung proses pembuatannya Numbuk,” jelas Abel.