Inilah mula awal Nena Collection mulai memproduksi kerajinan kain dengan memanfaatkan kain perca dan meminimalkan limbah. Di tengah keterpurukan itu Nena Collection menciptakan konsep baru yaitu perca.
"Tahun 2006 itu kami tetap diberi kesempatan, dari pihak toko ternyata tetap order. Jadi barangnya tetap laku tapi kami bikin bentuk baru, yang dari perca-perca tadi. Dari situ kami akhirnya sampai saat ini, memanfaatkan kain-kain sisa, hingga meminimalkan limbah ,” pungkas Erna.
Dari kejadian ini, Erna menyadari pada akhirnya hal terpenting adalah konsistensi dan menjaga karyawan yang setia. Saat terjatuh, mereka tidak meninggalkan, buktinya hingga hari ini Nena Collection semakin kuat solidaritasnya.
Berangsur-angsur keadaan kembali normal, tetapi sekarang Nena Collection memiliki komitmen baru yaitu pemanfaatan limbah kain perca.
Saat mereka membuat baju dan ada banyak sisa potongan kain kecil, mereka akan memanfaatkan kembali itu menjadi produk baru yang memiliki nilai jual seperti boneka dan gantungan kunci kecil sehingga tidak ada kain terbuang sia-sia.
Baca juga: 4 Bahan Alam yang Bisa Jadi Kerajinan Tangan Bernilai Jual Tinggi
"Sudah kami manfaatkan dari kain kecil-kecil, bisa jadi boneka, jadi tas, isi bantal, kan kain itu bisa terpakai. Jadi zero waste -nya itu dari produksi sendiri. Nanti yang potongan kecil-kecil bisa jadi model khusus," jelasnya.
Nena Collection bergabung menjadi UMKM binaan Astra melalui YDBA sejak tahun 2016. Diawali dengan pelatihan 5R, pelatihan laporan keuangan, pelatihan ekspor, hingga diajak pameran. Saat ini Nena Collection berhasil menyandang status UMKM Mandiri.
Erna mengaku, melalui pendampingan YDBA kini bisnis dan pekerjanya lebih tertib, lebih efisien, dan memiliki SOP yang jelas.
“Karena pendampingan dari YDBA peningkatannya itu signifikan, karena kan kalau semuanya serba teratur, serba efektif, kita jadi berani menerima order-order besar,” kata Erna.
Saat ini Nena Collection mempekerjakan 15 ibu-ibu, dua di antaranya merupakan penyandang disabilitas. Sepuluh orang ada di rumah produksi Nena dan lima orang dikerjakan di rumah masing-masing. Mereka semua adalah ibu-ibu di sekitar rumah Erna, bahkan ada yang sudah 18 tahun bekerja di Nena Collection.
Baca juga: Peluang Bisnis Kerajinan Tangan dari Eceng Gondok Menjanjikan, Simak Alasannya
“Kami membuat jaringan ibu-ibu, walaupun yang difabel ini mereka tidak bisa berproduksi seperti orang normal, enggak masalah. Berapapun kontribusi mereka, dengan segala keterbatasannya tetap diterima,” jelasnya.
Dalam sehari, kapasitas produksi Nena Collection bisa sampai ratusan pieces. Bahkan pernah ada orderan masuk 600 tas dan berhasil diproduksi dalam satu minggu.
Produk yang dibuat pun sudah banyak sekali dan mereka memasok ke toko-toko souvenir berdasarkan pesanan dan permintaan toko. Apalagi produk Nena Collection menjadi alternatif oleh-oleh di berbagai kota. berikut model kotanya masing-masing seperti Solo, Jogja, Cirebon, hingga Jakarta.
Erna juga jalin kerja sama dengan instansi-instansi. Banyak dari mereka yang mengadakan seminar dan membutuhkan pasokan barang merchandise.
Baca juga: Upaya Stellar Coronae Hadapi 50 Pesaing Kerajinan Bunga Kering
Tak hanya itu, Nena Collection juga sudah ekspor ke Jepang meski belum mengekspor secara langsung. Selama ini ada pihak lain yang mengambil produk Nena Collection untuk di ekspor ke Jepang.
Erna bercerita, buyer-nya dari Jepang sangat menghargai pekerjaan tangan apalagi hasil kerja ibu-ibu. Dengan mengikuti acara Trade Expo Indonesia 2024, serta dibantu dengan YDBA Erna berharap ia bisa mengekspor sendiri.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.