JAKARTA, KOMPAS.com - Erna Zurnimawati (51), founder Nena Collection bercerita perjalanannya berbisnis kerajinan kain jahit mulai dari baju, dekorasi rumah, kerajinan tas, dompet, hingga aksesoris.sejak tahun 2000.
Erna telah mengalami pasang surut bisnis, tetapi kini ia merasakan buah manis dari hasil jerih payahnya. Nena Collection sukses mempekerjakan ibu-ibu rumah tangga hingga mengekspor ke Jepang kerajinan kain jahit.
Bantul, Yogjakarta menjadi saksi perjuangannya membangun Nena Collection. Pertama kali usaha ini dibentuk karena ada tetangga Erna yang pandai menjahit. Meskipun pada saat itu Erna masih bekerja di tempat lain, tetapi ia melihat ada potensi dari hobi menjahit para tetangganya ini.
Baca juga: Cerita Syarif Bisnis Kerajinan Kerang dan Menjadi Agregator Ekspor
Menurut Erna, menjahit sarung bantal adalah langkah awal yang mudah untuk dijadikan peluang bisnis, karena sarung bantal hanya berbetntuk kotak. Akhirnya, Erna memutuskan untuk mengajak tetangganya untuk bekerja bersama berbisnis produk kerajinan kain, dimulai dari sarung bantal dengan bordiran.
"Kebetulan tetangga pintar bordir, tapi selama ini hanya mengerjakan itu-itu saja. Terus kami bergabung untuk produksi bersama-bareng yang mudah saja seperti sarung bantal, tetangga-tetangga itulah yang jadi tenaga kerja. Waktu itu saya masih bekerja, jadi bisnis jahitan ini kerja sambilan,” ujar Erna.
Setelah itu, Erna mulai memasukkan produk-produknya ke toko suvenir. Tak disangka-sangka, Erna mengaku di toko suvenir tersebut ternyata produknya laris manis. Berbagai permintaan untuk jenis produk lain seperti gorden, ada tutup kulkas, tudung saji dan lain sebagainya kemudian mulai berdatangan.
Baca juga: Ini Alasan Mengapa Kamu Perlu Mencoba Bisnis Kerajinan, Hobi Jadi Cuan
Namun, pada awal berkembangnya bisnis ini justru ada sedikit kendala. Erna mengatakan awal-awal kondisinya masih kacau karena para ibu rumah tangga ini masih belum terbiasa menyesuaikan kegiatan mereka.
Seperti realita ibu-ibu rumah tangga pada umumnya yang memiliki banyak agenda, ada saja pekerja yang menngajukan libur karena ingin arisan, kondangan, atau ada hajatan. Sementara di sisi lain, pesanan yang masuk membutuhkan tenaga penjahit untuk dikerjakan.
"Pertama kacau ada pesanan banyak, tahu-tahu ibu-ibunya pada libur. Tapi seiring berjalannya waktu, dengan saya banyak menerima pendampingan pola pikir-nya mulai diubah. Jadi mindset-nya sekarang justru memberdayakan mereka, diperbanyak orangnya yang diajak. Jadi pada saat ada pesanan banyak, yang bergerak itu juga banyak,” cerita Erna.
Memasuki tahun 2002, Nena Collection mulai berkembang dan banyak orderan yang masuk. Melalui permintaan toko, mereka membuat model-model baru. Jadi sampai hari ini produk yang di supply bukan berdasarkan penawaran Nena Collection, tapi berdasarkan permintaan toko yang bersangkutan.
Baca juga: Cerita Heiriyah Merintis Bisnis Kerajinan Trois Art, Bermula dari Hobi
Tak ada yang tahu kapan datangnya musibah. Begitupun Erna. Tahun 2006 mungkin menjadi trauma besar bagi masyarakat Yogyakarta karena gempa bumi yang berpusat di Bantul. Banyak korban jiwa berjatuhan dan meruntuhkan bangunan sekitar. Kehancuran besar terjadi pada tahun tersebut.
Erna yang juga berasal dari Bantul tentu terdampak dengan peristiwa ini. Rumahnya habis rata dengan tanah, dana yang ia miliki terpaksa dikuras habis-habisan untuk membangun rumah. Erna kembali memulai semuanya dari titik nol.
Meskipun demikian, harapan masih terlihat begitu Erna menyadari bahwa ia tidak sendiri membangun semua ini dari awal. Syukurnya, Erna memiliki karyawan yang setia. Meskipun rumah mereka pun ambruk, namun tak butuh waktu lama mereka berusaha mengembalikan keadaan.
Dalam waktu dua minggu saja, Nena Collection kembali mulai berproduksi. Dengan keterbatasan modal dan mengumpulkan sisa-sisa kain yang ada, mereka mulai membuat produk jahitan baru yaitu perca.
"Saya mulai dari nol lagi. Kebetulan karyawannya itu setia semua jadi tim kami masih ada. Dari sisa-sisa kain perca yang ada, kami justru menciptakan produk-produk baru dengan bahan-bahan sisa itu. Yang penting bisa bergerak lagi," paparnya.
Baca juga: Bosan Kerja di Jakarta, Astaria Rintis Bisnis Kerajinan Eceng Gondok
Inilah mula awal Nena Collection mulai memproduksi kerajinan kain dengan memanfaatkan kain perca dan meminimalkan limbah. Di tengah keterpurukan itu Nena Collection menciptakan konsep baru yaitu perca.
"Tahun 2006 itu kami tetap diberi kesempatan, dari pihak toko ternyata tetap order. Jadi barangnya tetap laku tapi kami bikin bentuk baru, yang dari perca-perca tadi. Dari situ kami akhirnya sampai saat ini, memanfaatkan kain-kain sisa, hingga meminimalkan limbah ,” pungkas Erna.
Dari kejadian ini, Erna menyadari pada akhirnya hal terpenting adalah konsistensi dan menjaga karyawan yang setia. Saat terjatuh, mereka tidak meninggalkan, buktinya hingga hari ini Nena Collection semakin kuat solidaritasnya.
Berangsur-angsur keadaan kembali normal, tetapi sekarang Nena Collection memiliki komitmen baru yaitu pemanfaatan limbah kain perca.
Saat mereka membuat baju dan ada banyak sisa potongan kain kecil, mereka akan memanfaatkan kembali itu menjadi produk baru yang memiliki nilai jual seperti boneka dan gantungan kunci kecil sehingga tidak ada kain terbuang sia-sia.
Baca juga: 4 Bahan Alam yang Bisa Jadi Kerajinan Tangan Bernilai Jual Tinggi
"Sudah kami manfaatkan dari kain kecil-kecil, bisa jadi boneka, jadi tas, isi bantal, kan kain itu bisa terpakai. Jadi zero waste -nya itu dari produksi sendiri. Nanti yang potongan kecil-kecil bisa jadi model khusus," jelasnya.
Nena Collection bergabung menjadi UMKM binaan Astra melalui YDBA sejak tahun 2016. Diawali dengan pelatihan 5R, pelatihan laporan keuangan, pelatihan ekspor, hingga diajak pameran. Saat ini Nena Collection berhasil menyandang status UMKM Mandiri.
Erna mengaku, melalui pendampingan YDBA kini bisnis dan pekerjanya lebih tertib, lebih efisien, dan memiliki SOP yang jelas.
“Karena pendampingan dari YDBA peningkatannya itu signifikan, karena kan kalau semuanya serba teratur, serba efektif, kita jadi berani menerima order-order besar,” kata Erna.
Saat ini Nena Collection mempekerjakan 15 ibu-ibu, dua di antaranya merupakan penyandang disabilitas. Sepuluh orang ada di rumah produksi Nena dan lima orang dikerjakan di rumah masing-masing. Mereka semua adalah ibu-ibu di sekitar rumah Erna, bahkan ada yang sudah 18 tahun bekerja di Nena Collection.
Baca juga: Peluang Bisnis Kerajinan Tangan dari Eceng Gondok Menjanjikan, Simak Alasannya
“Kami membuat jaringan ibu-ibu, walaupun yang difabel ini mereka tidak bisa berproduksi seperti orang normal, enggak masalah. Berapapun kontribusi mereka, dengan segala keterbatasannya tetap diterima,” jelasnya.
Dalam sehari, kapasitas produksi Nena Collection bisa sampai ratusan pieces. Bahkan pernah ada orderan masuk 600 tas dan berhasil diproduksi dalam satu minggu.
Produk yang dibuat pun sudah banyak sekali dan mereka memasok ke toko-toko souvenir berdasarkan pesanan dan permintaan toko. Apalagi produk Nena Collection menjadi alternatif oleh-oleh di berbagai kota. berikut model kotanya masing-masing seperti Solo, Jogja, Cirebon, hingga Jakarta.
Erna juga jalin kerja sama dengan instansi-instansi. Banyak dari mereka yang mengadakan seminar dan membutuhkan pasokan barang merchandise.
Baca juga: Upaya Stellar Coronae Hadapi 50 Pesaing Kerajinan Bunga Kering
Tak hanya itu, Nena Collection juga sudah ekspor ke Jepang meski belum mengekspor secara langsung. Selama ini ada pihak lain yang mengambil produk Nena Collection untuk di ekspor ke Jepang.
Erna bercerita, buyer-nya dari Jepang sangat menghargai pekerjaan tangan apalagi hasil kerja ibu-ibu. Dengan mengikuti acara Trade Expo Indonesia 2024, serta dibantu dengan YDBA Erna berharap ia bisa mengekspor sendiri.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.