Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Strategi Aris untuk Branding Produk Fesyen Titik Nyaman

Kompas.com - 16/05/2024, 19:00 WIB
Ester Claudia Pricilia,
Wahyu Adityo Prodjo

Tim Redaksi

KOMPAS.com – Branding merupakan hal terpenting dalam dunia bisnis, terutama bisnis fesyen. Industri fesyen sangat kompetitif, membangun merek yang kuat merupakan kunci untuk bertahan dan berkembang di tengah persaingan.

Mas Aris Wibowo (30), akrab disapa Aris, merupakan owner bisnis fesyen bernama Titik Nyaman. Ia menciptakan outfit kekinian dengan menggabungkan kain-kain tradisional Indonesia.

Baca juga: Ingin Sejahterakan Pengrajin Kain, Aris Merintis Titik Nyaman hingga Berhasil Ekspor

Tentu bukan hal yang mudah bagi Aris untuk bersaing di pasaran, karena kebanyakan orang lebih suka memakai fesyen yang modern dan telah mendapat pengaruh dari Barat, Korea, ataupun Jepang.

Maka Aris harus ekstra dalam branding produk-produk Titik Nyaman yang memadukan kain-kain etnik Indonesia.

Berikut lima strategi yang Aris lakukan untuk mem-branding Titik Nyaman;

1. Mengedukasi Customer

Salah satu hal yang sering Aris lakukan ketika bertemu dengan customer secara langsung adalah mengedukasi mereka tentang produk Titik Nyaman, kain-kain tradisional Indonesia, hingga kepada pengrajin kainnya. Jadi edukasi menjadi cara Aris mem-branding Titik Nyaman.

Edukasi sangat penting dilakukan untuk branding dan menjelaskan produk bisnis. Setelah mendengarkan edukasi dari Aris, biasanya mereka akan langsung membelinya bahkan tanpa memedulikan berapa harga produknya.

2. Menampilkan Produk yang Berbeda

Selain menampilkan outfit kekinian berupa outer, kemeja, dan blouse dengan memadukan kain-kain wastra, Aris juga membedakan produknya dengan kompetitor, yaitu ia menggunakan desain yang asimetris.

Aris ingin menciptakan suatu produk fesyen yang tak biasa. Menurutnya desain fesyen yang simetris sudah terlalu biasa. Harapannya dengan menggunakan desain asimetris, orang dapat langsung mengenali bahwa itu merupakan produk Titik Nyaman.

3. Desain yang Eksklusif

Aris juga selalu mengusahakan desain produk Titik Nyaman yang eksklusif. Untuk satu pakaian, Aris mengatakan paling banyak berjumlah 8-10 potong saja agar tidak terlalu banyak yang sama saat dipakai customer.

Alasan lainnya agar semakin banyak kain wastra yang dapat dieskplor untuk dijadikan satu desain produk. Jadi kesempatan pembeli untuk mengetahui kain wastra akan semakin luas, tidak terpatok hanya dua atau tiga kain saja.

4. Mengikuti Pameran di Luar Negeri

Tak hanya mengikuti pameran di dalam negeri, Aris juga melakukan pameran di luar negeri, tepatnya Cina dan Thailand untuk mem-branding produknya. Aris juga ingin mengenalkan kain-kain tradisional Indonesia lewat Titik Nyaman kepada orang-orang asing.

Baca juga: 4 Cara Unik Sondang Membranding Usaha Mejikuhibiniu Butik

Terbukti efektif, sampai sekarang ia terus mengekspor produk Titik Nyaman ke Cina dan Thailand. Ia mengatakan bahwa alasan terbesarnya terus mengirim ke luar negeri adalah untuk membranding, agar seiring berjalannya waktu ia dapat menambah buyer yang membeli produk Titik Nyaman dengan berkelanjutan.

5. Menggunakan Konten Video Pendek di Media Sosial

Saat ini bisnis juga masuk dalam pemasaran dengan menggunakan media sosial, tepatnya konten video pendek. Tidak mau tertinggal, Aris juga menggunakan konten video pendek di media sosial Instagram.

Tujuannya adalah untuk menargetkan anak-anak muda agar mengetahui kain-kain tradisional lewat produknya.

Konten video pendek merupakan strategi yang tepat, karena anak-anak muda tidak terlalu suka menonton suatu hal yang berdurasi panjang atau membaca tulisan yang banyak.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com