Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cara Bakmi Gang Kelinci Menghadapi Tantangan Perubahan Zaman

Kompas.com - 12/05/2024, 07:00 WIB
Ester Claudia Pricilia,
Wahyu Adityo Prodjo

Tim Redaksi

KOMPAS.com – Bakmi Gang Kelinci merupakan usaha bakmi legendaris sejak 1957 yang didirikan oleh Padmawati Dharmawan dan almarhum Hadi Sukiman. Telah beroperasi 66 tahun lamanya hingga diturunkan kepada generasi ketiga saat ini, mereka tentu melewati perubahan-perubahan zaman.

Setiap usaha memiliki kendala dan tantangannya masing-masing, begitu juga dengan Bakmi Kelinci yang telah berusia puluhan tahun. Namun kembali kepada masing-masing pelaku usaha, apakah diam saja atau memilih mengatasi kendala itu dengan solusi yang baik?

Baca juga: Mengintip Perjalanan Bisnis Bakmi Gang Kelinci, Berdiri Sejak Tahun 1957

Pada zaman dahulu mungkin kamu hanya mengetahui bahwa Bakmi Gang Kelinci hanya menyediakan menu mie-mie, tetapi seiring berjalannya waktu mereka menyediakan menu masakan halal yang lain, seperti sapo tahun, ayam, ikan gurame, dan masih banyak lagi.

Selalu Naiknya Bahan Baku

Salah satu kendala yang paling dirasakan ketiga generasi adalah selalu naiknya bahan baku. Dengan naiknya harga bahan baku, mereka tidak boleh sembarangan menaikkan harga.

“Sementara bahan baku naik, jualan kami tidak bisa naik begitu saja, takut tamu-tamu dan pelanggan setia pada marah,” jelas pemilik Bakmi Gang Kelinci, Padmawati Dharmawan (90).

Sementara itu, generasi kedua, yaitu anak dari Padmawati, Kenny Sukiman (60) menambahkan bahwa ia merasa sangat sedih jika harus menaikkan harga.

“Meskipun naik seribu saja, saya bisa kepikiran berhari-hari, bertanya-tanya, ‘apakah oke kalau dinaikkan seribu?’ Takut pada komplain,” tambahnya.

Meskipun akhirnya mereka terpaksa menaikkan harga, mereka tidak akan menurunkan porsi mie atau makanan yang lain. Baginya, Bakmi Gang Kelinci terkenal akan porsinya yang banyak serta harganya yang pas di kantong.

Tidak hanya porsinya, mereka juga tidak mengurangi atau bahkan mengakali bahan baku. Mereka tidak mengganti bahan baku ke yang lebih murah ataupun menghilangkannya.

“Bakmi di luar sana banyak yang enggak pakai telur. Mungkin karena harga telur itu mahal jadi mereka tidak pakai. Selain itu banyak yang pakai kimia-kimia buatan makanya bisa enggak basi,” ungkap Padmawati.

Suasana Dapur Bakmi Gang KelinciKompas.com - Ester Claudia Pricilia Suasana Dapur Bakmi Gang Kelinci
Untuk menjamin keasliannya, Padmawati masih turun ke dapur, membuat mie, hingga menyajikannya.

“Kami anak cucunya pun masih makan bakmi setiap hari, dari kecil sudah makan, jadi sudah terbukti aman,” tambah Kenny.

Keuntungan yang Sedikit

Akibat dari upaya konsisten yang jarang menaikkan harga, tidak mengganti ke bahan yang lebih murah, dan tetap mempertahankan kualitas yang tidak main-main, Padmawati mengaku keuntungan yang mereka terima sedikit.

Baca juga: Cara Tan Ek Tjoan Bakery Bertahan dari Persaingan Bisnis dan Perubahan Zaman

Kebanyakan hanya untuk membeli bahan baku dan membayar pegawai-pegawai. Dari diperkerjakannya pegawai itu, Padmawati berharap mereka dapat melayani tamu dengan maksimal.

Range harga masakan dan bakmi mereka dari harga Rp 30.000 hingga kepada Rp 80.000 untuk gurame. Semua bahannya menggunakan bahan yang segar agar pelanggan senang.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Festival Budaya dan UMKM Hajat Betawi Condet Kembali Digelar, Hadirkan 100 UMKM

Festival Budaya dan UMKM Hajat Betawi Condet Kembali Digelar, Hadirkan 100 UMKM

Program
PON XXI 2024 Aceh-Sumut Pemkot, Medan Tampilkan Produk UMKM Khas

PON XXI 2024 Aceh-Sumut Pemkot, Medan Tampilkan Produk UMKM Khas

Training
5 Alasan Mengapa Bisnis Salon Berpeluang Berhasil, Tertarik?

5 Alasan Mengapa Bisnis Salon Berpeluang Berhasil, Tertarik?

Training
Lewat Fasilitas PKE, LPEI Dorong Eksportir Indonesia Garap Pasar Afrika

Lewat Fasilitas PKE, LPEI Dorong Eksportir Indonesia Garap Pasar Afrika

Training
Pemerintah AS Umumkan Bantu Infrastruktur dan Usaha Kecil Milik Perempuan Senilai Lebih dari Rp 10 Triliun

Pemerintah AS Umumkan Bantu Infrastruktur dan Usaha Kecil Milik Perempuan Senilai Lebih dari Rp 10 Triliun

Program
KemenKopUKM Siapkan Lima Fondasi Transformasi UMKM

KemenKopUKM Siapkan Lima Fondasi Transformasi UMKM

Program
Tantangan Menjual Produk Tunggal dan Strategi untuk Mengatasinya

Tantangan Menjual Produk Tunggal dan Strategi untuk Mengatasinya

Training
Sri Sultan HB X Ajak Masyarakat Gunakan Produk Lokal

Sri Sultan HB X Ajak Masyarakat Gunakan Produk Lokal

Training
Kisah Perubahan di Desa Semedo, Kini Ekspor Puluhan Ton Gula Semut

Kisah Perubahan di Desa Semedo, Kini Ekspor Puluhan Ton Gula Semut

Jagoan Lokal
FIA UI Gelar Pelatihan Kaizen dan “Japanese Management” Untuk Siswa LPK

FIA UI Gelar Pelatihan Kaizen dan “Japanese Management” Untuk Siswa LPK

Training
Total Membantu UMKM

Total Membantu UMKM

Program
Kelebihan Menjual Produk Tunggal, Lebih Efisien dan Dinantikan Pembeli

Kelebihan Menjual Produk Tunggal, Lebih Efisien dan Dinantikan Pembeli

Training
KemenKopUKM Fasilitasi Sertifikasi Halal bagi 1.000 Usaha Mikro di Banten

KemenKopUKM Fasilitasi Sertifikasi Halal bagi 1.000 Usaha Mikro di Banten

Program
Tingkatkan Kesejahteraan Petani, Pemerintah RI Dorong Program Kerjasama Kemitraan Closed Loop Agribisnis Hortikultura

Tingkatkan Kesejahteraan Petani, Pemerintah RI Dorong Program Kerjasama Kemitraan Closed Loop Agribisnis Hortikultura

Program
Bappenas Temukan Sejumlah PLUT KUMKM Hadapi Kendala dan Belum Optimal

Bappenas Temukan Sejumlah PLUT KUMKM Hadapi Kendala dan Belum Optimal

Training
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Selamat, Kamu Pembaca Terpilih!
Nikmati gratis akses Kompas.com+ selama 3 hari.

Mengapa bergabung dengan membership Kompas.com+?

  • Baca semua berita tanpa iklan
  • Baca artikel tanpa pindah halaman
  • Akses lebih cepat
  • Akses membership dari berbagai platform
Pilihan Tepat!
Kami siap antarkan berita premium, teraktual tanpa iklan.
Masuk untuk aktivasi
atau
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau