KOMPAS.com - Pelaku usaha, baik itu Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) maupun usaha yang sudah berskala besar, perlu mengetahui apa itu transaksi reversal. Sering disamakan dengan pengembalian dana atau refund, nyatanya kedua hal ini berbeda tetapi sama-sama berisiko bagi bisnis.
Dalam menjalankan bisnis, terutama yang melibatkan transaksi digital atau pembayaran elektronik, istilah refund dan reversal sering muncul. Meski keduanya berkaitan dengan pengembalian dana, refund dan reversal memiliki perbedaan signifikan dalam proses dan dampaknya terhadap bisnis.
Maka dari itu, kamu sebagia pelaku usaha dapat simak penjelasan berikut untuk memahami perbedaan keduanya serta risiko yang dapat ditimbulkan, seperti yang dilansir dari Gramedia.com,
Baca juga: Sering Dianggap Sama, Ini Perbedaan White Label dan Private Label
Refund atau pengembalian dana adalah proses pengembalian uang kepada pelanggan setelah transaksi selesai. Biasanya terjadi ketika pelanggan mengajukan klaim, misalnya karena barang yang diterima cacat, tidak sesuai dengan deskripsi, atau layanan yang diberikan tidak memuaskan.
Perlu dicatat bahwa refund dilakukan setelah dana dari transaksi sudah diterima oleh penjual. Setelah pengajuan refund disetujui, penjual mengembalikan dana tersebut kepada pelanggan melalui metode pembayaran yang digunakan dalam transaksi awal.
Baca juga: Perbedaan Bisnis Grosir dan Eceran, Kamu Pilih Yang Mana?
Dalam banyak kasus, barang atau layanan yang dikembalikan harus sesuai dengan kebijakan pengembalian perusahaan. Sehingga dalam proses refund ini terdapat komunikasi dan negosiasi antara penjual dan pembeli sehingga tahu duduk permasalahannya dengan jelas.
1. Kerugian Finansial
Refund dapat menyebabkan kerugian langsung karena bisnis mengembalikan dana yang sudah diterima. Di samping itu, tentu kamu sudah mengeluarkan biaya produksi dan penyediaan layanan.
Baca juga: Perbedaan Izin Edar BPOM dan PIRT, Pebisnis Kuliner Wajib Tahu!
Bahkan, mungkin saja kamu perlu mengeluarkan kerugian yang lebih besar lagi jika dalam kesepakatan dan sebagai bentuk tanggung jawab kamu perlu mengganti produk tersebut dengan produk yang baru.
2. Reputasi Terpengaruh
Ini merupakan risiko yang sudah pasti terjadi jika ada pelanggan yang melakukan refund. Bahayanya, tingginya tingkat refund bisa menjadi tanda bahwa ada masalah dengan kualitas produk atau layanan. Ini dapat mengurangi kepercayaan pelanggan dan berdampak negatif pada citra perusahaan.
3. Potensi Penyalahgunaan
Kamu juga perlu teliti dan jeli jika ada pelanggan yang mengajukan refund. Karena mungkin saja beberapa pelanggan dapat memanfaatkan kebijakan refund untuk melakukan pengembalian tidak sah.
Baca juga: Perbedaan Usaha Mikro, Usaha Kecil, dan Usaha Menengah, Catat!
Misalnya setelah mereka menggunakan produk atau menikmati layanan sepenuhnya tetapi minta refund, ini salah satu perilaku pembeli yang tidak bijak dan perlu diwaspadai.
4. Biaya Operasional