Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Paijo Madin Memberdayakan Para Petani Kopi di Lereng Merbabu

Kompas.com - 07/05/2024, 09:15 WIB
Alfiana Rosyidah,
Bestari Kumala Dewi

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Di lereng Merbabu, ada bisnis kopi yang dijalankan oleh laki-laki dengan latar belakang dunia otomotif. Ia menaruh ketertarikan besar pada dunia kopi. 

Laki-laki itu adalah Paijo Madin (30). Ia memang suka mengonsumsi kopi dan memutuskan untuk mencoba menanam tanaman kopi. Selain itu, ia juga berusaha menjaga kelestarian mata air dengan tanaman kopi tersebut. 

Selama merintis Merapi Merbabu Coffee sejak 2019, Paijo juga berusaha untuk memberdayakan petani sekitar. 

Kompas.com pun mendapat kesempatan berbincang dengan Paijo secara online pada Senin (6/5/2024).

Baca juga: Paijo Madin Rintis Bisnis Kopi Sekaligus Jaga Kelestarian Mata Air di Lereng Merbabu

Berdayakan 20 Petani di Empat Kecamatan

Membicarakan soal petani, Paijo memiliki motivasi tersendiri soal pemberdayaan mereka. Menurutnya, petani di sekitarnya tidak bisa hanya mengandalkan sayur dan cabai karena merupakan tanaman musiman. 

"Biasanya petani di sini menanam sayuran dan cabai, enggak ada yang tanaman tahunan. Jadi lewat kopi ini, bisa jadi modal petani kalau harga sayur dan cabai anjlok," ungkap Paijo.

Paijo menyebut ada 20 petani yang sudah dia berdayakan melalui bisnisnya. Para petani ini nantinya akan menanam benih, lalu merawat hingga siap dipanen. 

Baca juga: Cerita Yohanes Bangun Uncle Jo Coffee, Berawal karena Sering Meeting di Kedai Kopi

Para petani itu diambil dari 4 kecamatan, yaitu Pakis, Sawangan, Dukun, dan Selo, Boyolali. Petani-petani tersebut bermitra dengan Paijo untuk menghasilkan biji kopi. 

"Biasanya petani akan panen selama dua kali seminggu. Mereka bisa kerja setengah hari atau satu hari," lanjut Paijo. 

Membeli Hasil Panen Petani

Tanaman kopi Merapi Merbabu Coffeedok. Merapi Merbabu Coffee Tanaman kopi Merapi Merbabu Coffee

Langkah untuk memberdayakan petani, yaitu dengan membeli hasil panen para petani tersebut. Paijo memiliki standar harga tersendiri bagi para petani dalam tiap kilogramnya.

Ia tidak ingin menggunakan standar harga secara global. Menurutnya, dengan menggunakan harga global, nantinya akan mempengaruhi para petani jika harga kopi turun.

"Lalu petani-petani ini kalau sudah panen, hasilnya bisa dibeli dalam harga standar Rp 8.000 hingga Rp 10.000 per kilo nya. Harga standar ini kalau dibeli oleh saya," ucap Paijo. 

Sedangkan jika ingin menjual dengan harga di atas Rp10.000, Paijo menyarankan untuk menjual ke orang lain. 

"Kalau ada standar harga seperti itu, jadinya petani punya hitungan yang jelas," pungkasnya.

Baca juga: Kisah Jurasep Membangun Warung Kopi dengan Sentuhan Seni dan Budaya

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Festival Budaya dan UMKM Hajat Betawi Condet Kembali Digelar, Hadirkan 100 UMKM

Festival Budaya dan UMKM Hajat Betawi Condet Kembali Digelar, Hadirkan 100 UMKM

Program
PON XXI 2024 Aceh-Sumut Pemkot, Medan Tampilkan Produk UMKM Khas

PON XXI 2024 Aceh-Sumut Pemkot, Medan Tampilkan Produk UMKM Khas

Training
5 Alasan Mengapa Bisnis Salon Berpeluang Berhasil, Tertarik?

5 Alasan Mengapa Bisnis Salon Berpeluang Berhasil, Tertarik?

Training
Lewat Fasilitas PKE, LPEI Dorong Eksportir Indonesia Garap Pasar Afrika

Lewat Fasilitas PKE, LPEI Dorong Eksportir Indonesia Garap Pasar Afrika

Training
Pemerintah AS Umumkan Bantu Infrastruktur dan Usaha Kecil Milik Perempuan Senilai Lebih dari Rp 10 Triliun

Pemerintah AS Umumkan Bantu Infrastruktur dan Usaha Kecil Milik Perempuan Senilai Lebih dari Rp 10 Triliun

Program
KemenKopUKM Siapkan Lima Fondasi Transformasi UMKM

KemenKopUKM Siapkan Lima Fondasi Transformasi UMKM

Program
Tantangan Menjual Produk Tunggal dan Strategi untuk Mengatasinya

Tantangan Menjual Produk Tunggal dan Strategi untuk Mengatasinya

Training
Sri Sultan HB X Ajak Masyarakat Gunakan Produk Lokal

Sri Sultan HB X Ajak Masyarakat Gunakan Produk Lokal

Training
Kisah Perubahan di Desa Semedo, Kini Ekspor Puluhan Ton Gula Semut

Kisah Perubahan di Desa Semedo, Kini Ekspor Puluhan Ton Gula Semut

Jagoan Lokal
FIA UI Gelar Pelatihan Kaizen dan “Japanese Management” Untuk Siswa LPK

FIA UI Gelar Pelatihan Kaizen dan “Japanese Management” Untuk Siswa LPK

Training
Total Membantu UMKM

Total Membantu UMKM

Program
Kelebihan Menjual Produk Tunggal, Lebih Efisien dan Dinantikan Pembeli

Kelebihan Menjual Produk Tunggal, Lebih Efisien dan Dinantikan Pembeli

Training
KemenKopUKM Fasilitasi Sertifikasi Halal bagi 1.000 Usaha Mikro di Banten

KemenKopUKM Fasilitasi Sertifikasi Halal bagi 1.000 Usaha Mikro di Banten

Program
Tingkatkan Kesejahteraan Petani, Pemerintah RI Dorong Program Kerjasama Kemitraan Closed Loop Agribisnis Hortikultura

Tingkatkan Kesejahteraan Petani, Pemerintah RI Dorong Program Kerjasama Kemitraan Closed Loop Agribisnis Hortikultura

Program
Bappenas Temukan Sejumlah PLUT KUMKM Hadapi Kendala dan Belum Optimal

Bappenas Temukan Sejumlah PLUT KUMKM Hadapi Kendala dan Belum Optimal

Training
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Selamat, Kamu Pembaca Terpilih!
Nikmati gratis akses Kompas.com+ selama 3 hari.

Mengapa bergabung dengan membership Kompas.com+?

  • Baca semua berita tanpa iklan
  • Baca artikel tanpa pindah halaman
  • Akses lebih cepat
  • Akses membership dari berbagai platform
Pilihan Tepat!
Kami siap antarkan berita premium, teraktual tanpa iklan.
Masuk untuk aktivasi
atau
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau