Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Usai Hadapi Wabah PMK, Ratusan Peternak Sapi di Kota Batu Mulai Bangkit

Kompas.com - 30/10/2023, 08:16 WIB
Nugraha Perdana,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

BATU, KOMPAS.com - Ratusan peternak sapi perah di Dusun Brau, Desa Gunungsari, Kota Batu, Jawa Timur memilih bangkit usai ternak mereka terkena wabah penyakit mulut dan kuku (PMK).

Upaya bangkit tersebut dilakukan dengan meningkatkan hasil produksi susu dan wisata edukasi.

Saat ini rata-rata produksi susu dari 250 peternak di Dusun Brau sekitar 5.000 liter per hari. Sedangkan, sebelum adanya wabah PMK dapat menghasilkan sekitar 7.000 liter susu.

Baca juga: Cara Pertahankan Bisnis di Tengah Persaingan Pasar ala Owner Syahda Craft

 

Sapi yang terpaksa dipotong, mati dan dijual saat wabah PMK sangat berpengaruh terhadap populasi sapi perah di wilayah itu.

Bahkan, para peternak yang hampir seluruhnya tergabung dalam Koperasi Margo Makmur Mandiri itu sejak tahun 2022 atau saat adanya wabah PMK tidak lagi menyuplai susu ke salah satu perusahaan keju asal Bali.

Memasok ke Produsen Keju Lokal

Ketua Koperasi Margo Makmur Mandiri, Munir mengatakan, meski tidak bisa memasok ke produsen keju di Bali, namun di Dusun Brau telah ada produsen keju mozzarella yang mulai beroperasi sejak akhir tahun 2022. Tempat itu berpengaruh positif karena para peternak setiap seminggu dua kali bisa menyuplai susu 2.000 liter.

Selain itu, kini para peternak juga menyuplai susu ke instalasi pengolahan susu Indolakto dan Greenfield.

"Untuk kirim lagi ke Bali, kami sedang mengurus surat-surat perizinannya, mudah-mudahan secepatnya," kata Munir pada Minggu (29/10/2023).

Saat adanya wabah PMK, jumlah populasi sapi perah berkurang sekitar 300 ekor. Atau, saat ini, jumlah populasi sapi perah yang ada sekitar 1.200 ekor.

Baca juga: Peduli Lingkungan, Hartati Merintis Bisnis Sedotan dari Tanaman Purun

Susu dari sapi perah menjadi sumber ekonomi utama bagi warga Dusun Brau. Sebagian peternak mendapat ganti rugi Rp 10 juta terhadap setiap sapi yang mati karena wabah PMK.

Namun, Koperasi Margo Makmur juga memiliki cara tersendiri untuk meningkatkan populasi sapi perah, yakni melalui sistem gulir anak sapi yang ada di kandang komunal.

"Di sistem kandang komunal, enggak ada sewa, supaya populasi tambah. Sekarang ada 10 ekor dari lima pemilik. Sedangkan pedet (anak sapi) yang sudah digulirkan sebanyak 7 ekor, kita gulirkan terutama terlebih dahulu kepada anggota yang belum memiliki sapi," katanya.

Wisata Edukasi

Selain itu, para peternak juga tengah berupaya meningkatkan kesejahteraan perekonomian melalui Wisata Edukasi Susu Sapi Perah.

Setiap bulan rata-rata ada dua hingga tiga rombongan dari luar daerah yang berkunjung. Seperti dari pelajar, kelompok tani, pemerintahan dan lainnya. Setiap orang dikenakan biaya Rp 25.000 - Rp 50.000 untuk menikmati wisata edukasi tersebut.

Para pengunjung akan diajak untuk berkeliling melihat proses pemerahan susu, menuju tempat pembuatan keju, ke tempat pengolahan limbah kotoran sapi menjadi biogas dengan didampingi guide. Selain itu, pengunjung mendapatkan satu botol susu.

"Biogas pengganti elpiji disini ada 35 titik (instalasi), setiap titik bisa 2 - 3 KK (Kepala Keluarga). Ini juga kita ajak pengunjung melihat itu. Rombongan terakhir itu dari Bantul, sebelumnya dari Sidoarjo juga ada, Papua, mereka ada yang tahu dari dinas (Dinas Pariwisata Kota Batu) dan google," katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Kemenparekraf Siapkan Siapkan Cendera Mata dan Paket Wisata dalam WWF ke-10

Kemenparekraf Siapkan Siapkan Cendera Mata dan Paket Wisata dalam WWF ke-10

Training
Jadi Bahan Pokok di Indonesia, Intip Tips Sukses Berbisnis Beras bagi Pemula

Jadi Bahan Pokok di Indonesia, Intip Tips Sukses Berbisnis Beras bagi Pemula

Training
5 Langkah Mulai Mengubah Bisnis Konvensional ke Online

5 Langkah Mulai Mengubah Bisnis Konvensional ke Online

Training
Kapan Waktu yang Tepat Merekrut Karyawan untuk Usaha Anda?

Kapan Waktu yang Tepat Merekrut Karyawan untuk Usaha Anda?

Training
6 Alasan Pentingnya Bagikan Sample Gratis dalam Berbisnis

6 Alasan Pentingnya Bagikan Sample Gratis dalam Berbisnis

Training
SATU Indonesia Awards 2024 Jaring Anak Muda Inspiratif di Bengkulu Lewat Bincang Inspiratif

SATU Indonesia Awards 2024 Jaring Anak Muda Inspiratif di Bengkulu Lewat Bincang Inspiratif

Program
4 Cara Menciptakan Komunikasi Positif dengan Konsumen

4 Cara Menciptakan Komunikasi Positif dengan Konsumen

Training
Brand Skincare Tulus Skin Andalkan Dua Hal Ini untuk Mendapatkan Kepercayaan Konsumen

Brand Skincare Tulus Skin Andalkan Dua Hal Ini untuk Mendapatkan Kepercayaan Konsumen

Jagoan Lokal
5 Hal yang Harus Diketahui Sebelum Membangun Bisnis, Pelaku Usaha Pemula Wajib Tahu

5 Hal yang Harus Diketahui Sebelum Membangun Bisnis, Pelaku Usaha Pemula Wajib Tahu

Training
Cara Hijrahfood Meatshop Menjaga Kualitas Daging untuk Pesanan Online

Cara Hijrahfood Meatshop Menjaga Kualitas Daging untuk Pesanan Online

Training
Tertarik Buka Bisnis Mi? Simak Tips dari Owner Mie Tjap Chili

Tertarik Buka Bisnis Mi? Simak Tips dari Owner Mie Tjap Chili

Training
3 Cara Membangun Bisnis dengan Passion

3 Cara Membangun Bisnis dengan Passion

Training
Intip 4 Strategi Marketing Kedai Mie Tjap Chili yang Selalu Ramai Pengunjung

Intip 4 Strategi Marketing Kedai Mie Tjap Chili yang Selalu Ramai Pengunjung

Training
Kedai Es Teh Jaya Abadi, Buktikan Bisnis Minuman Teh Tak Kalah dengan Kopi

Kedai Es Teh Jaya Abadi, Buktikan Bisnis Minuman Teh Tak Kalah dengan Kopi

Jagoan Lokal
Cerita di Balik Ramainya Kedai Mie Tjap Chili, Ludes 500 Porsi per Hari

Cerita di Balik Ramainya Kedai Mie Tjap Chili, Ludes 500 Porsi per Hari

Jagoan Lokal
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com