Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sri Mulyati Manfaatkan Kain Perca Sisa Pabrik Garmen Menjadi Produk Bernilai Ekonomi

Kompas.com - 28/07/2023, 09:00 WIB
Bambang P. Jatmiko

Editor

JAKARTA, KOMPAS.com - Kain perca kerap dianggap tidak punya nilai ekonomi karena masuk kategori sampah. Namun bagi Sri Mulyati, barang sisa tersebut bisa diolah menjadi produk baru yang memiliki nilai ekonomi.

Sri Mulyati, warga desa dari Kecamatan Wirosari, Grobogan, Jawa Tengah, dua tahun terakhir ini berhasil mengolah limbah perca menjadi barang yang berguna dan memiliki nilai tambah. Memanfaatkan kain sisa dari pabrik tekstil di sekitar tempat tinggalnya, dia bisa melihat peluang usaha yang potensial.

Ketika merintis usaha ini, Sri Mulyati bertekad untuk memberdayakan sesama ibu-ibu di daerahnya yang belum bisa bangkit akibat terdampak pandemi.

Baca juga: 3 Perencanaan Penting yang Dibutuhkan untuk Memulai Bisnis Kecil

 

“Tekad bulat saya untuk menolong orang-orang yang tidak ada kerjaan akhirnya tercapai,” kata dia dalam penjelasan resmi Amartha, Kamis (27/7/2023).

Kelihaian tangan Sri di atas mesin jahit berhasil mengubah limbah kain perca menjadi barang yang memiliki nilai tambah dan dapat digunakan lebih lama. seperti bantal dan pakaian wanita yakni gamis dan daster.

Gamis dan bantal yang diproduksinya kemudian ia jual di pasar. Beberapa ia titipkan di kios-kios kenalannya.

Kemampuannya ini menarik minat para pembeli, baik yang membeli satuan ataupun borongan. Tak jarang ia mendapatkan pesanan dalam jumlah yang banyak. Ia bisa menghasilkan omzet jutaan rupiah setiap bulannya.

Bisnis yang dijalankan Sri Mulyati ini turut memberikan dampak positif bagi warga sekitar. Seperti yang diceritakan Siti Mualimah, dia mengaku terbantu secara ekonomi setelah bekerja menjadi salah satu karyawan Sri.

Baca juga: 3 Strategi Menghemat Uang Saat Mulai Membangun Bisnis

 

“Alhamdulillah, sampai sekarang aku kerja di sini sama Bu Sri, gaji saya cukup buat biaya anak-anak sekolah, jajan, dan uang saku untuk ke sekolah.” konfirmasinya.

 

Usaha akar rumput seperti yang dilakukan oleh Sri ini pun selaras dengan prinsip dasar ekonomi hijau, yaitu prinsip kesejahteraan. Dalam hal ini dia mendorong semua orang untuk mampu mewujudkan kesejahteraan untuk diri sendiri, keluarga, dan lingkungan sekitar.

Keterbatasan modal menjadi tantangan kebanyakan pengusaha di level akar rumput di Indonesia, termasuk Sri. Ia memulai usaha ini dengan membuka jasa vermak di rumahnya. Sayangnya mengumpulkan modal tidak bisa secepat itu.

Hal ini pula yang kemudian dilirik oleh perusahaan pembiayaan peer to peer lending Amartha untuk menyalurkan pembiayaan. Dari situ, dia mendapatkan pinjaman sebesar Rp 3,5 juta untuk kemudian digunakan membeli bahan dan alat menjahit.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau