Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sembari Jalankan Misi Sosial, Jane Kurnadi Sukses Bangun Bisnis Kerajinan Kain

Kompas.com - 03/03/2024, 13:59 WIB
Ester Claudia Pricilia,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Berbisnis harus memiliki dampak sosial. Hal ini pula yang dilakukan oleh Jane Kurnadi pemilik brand Perca, sebuah jenama dengan produk kerajinan tangan di antaranya sarung bantal, hiasan dinding, bross, jepitan, taplak meja, dan masih banyak yang lainnya.

Jane Kurnadi, 51 tahun, memang pencinta seni dan kerajinan tangan sejak kecil. Ia diajarkan menjahit oleh sang Nenek tercinta. Namun selain itu, Jane merupakan lulusan FSRD (Fakultas Seni Rupa dan Desain) dari Institut Teknologi Bandung (ITB). Ia juga dulunya bekerja sebagai seorang desainer furniture.

Awalnya Ia hanya melihat kerajinan tangannya sebagai hobi, bahkan Jane merasa “kejeblos” saat akhirnya membuka usaha di bidang ini. Ia hanya iseng membuat beberapa produk dan diberikan secara gratis atau ada permintaan dari teman dekatnya. Namun seiring berjalannya waktu pesanan semakin bertambah.

Baca juga: Cerita Sukses Tiar Bisnis Kerajinan Batok Kelapa, Berawal dari Hobi Seni

“Awalnya cuma dari temen, minta dibuatin barang gitu, tapi lama-lama menyebar. Waktu itu saya bingung kok banyak yang minta padahal awalnya kan emang cuma iseng. Dari banyaknya pesanan yang masuk itu akhirnya beneran jadi bisnis dan mulai terima pesenan,” ungkap Jane di Jakarta (28/02/2024).

Saat awal membuka usaha, Jane membuka usaha di Riau. Namun seiring dengan berjalannya waktu, dia juga menjalankan bisnisnya di Tangerang Selatan.

Tenaga Kerja Perempuan

Banyaknya pesanan yang masuk membuat Jane harus merekrut tenaga kerja tambahan. Akhirnya dia merekrut karyawan, yang kebanyakan perempuan, di sekitar lokasi usahanya.

Jane tidak merekrut orang yang sudah mempunyai keterampilan dasar sebagai perajin, namun merekrut mereka yang sama sekali tidak memiliki ketrampilan serta mengajari mereka hingga mahir.

Tak hanya menjahit, Jane juga mengajari mereka tentang kehidupan seperti menabung dan lain-lain. Menurutnya, menjahit merupakan kegiatan yang menghaluskan budi dan pikiran.

“Dengan menjahit, mereka bisa menghaluskan budi dan pikiran. Dengan sendirinya orang yang tadinya keras atau emosional mereka akan menjadi orang yang lebih halus. Hal itu berimplikasi panjang, ke pendidikan, ke cara dia berperilaku kepada keluarganya, dan sebagainya,” Jelasnya

Hingga saat ini Perca telah memiliki 32 pekerja tetap yang terbagi menjadi 25 pekerja di Riau dan 7 di Tangerang Selatan.

Produk-produk Perca 90 persen murni masih menggunakan tangan. Jane sebenarnya mempunyai mesin quilt, namun dia tak bergantung pada itu, karena memikirkan tenaga kerja yang ia punya.

“Sebagian besar produk saya itu masih buatan tangan. Saya punya kok mesin quilt, tapi gak bisa pakai itu. Nanti para quilter kehilangan pekerjaan dan berdampak negatif pada pendapatan mereka. Sebagai seorang yang punya bisnis, saya harus memikirkan hal itu,” ungkapnya.

Bahan Baku Dalam Negeri

Di samping handmade, Jane berjuang untuk menggunakan kain dalam negeri, karena biasanya quilter lain memakai kain import. Jane juga berusaha mengangkat komponen dalam negeri, seperti tenun dan batik dalam produknya.

Jane mendesain semua produknya sendiri tanpa melihat dari buku manapun. Ia hanya mencari ide yang ada di sekitarnya, karena ia melihat keindahan dari semua yang ada di sekitarnya.

“Saya berusaha memperkenalkan Indonesia dengan memakai komponen dalam negeri sebanyak mungkin. Jarum dan benang sudah import, lalu kalau gak desain sendiri tapi nyontek buku dari luar, kita cuma jadi kuli saja,” Ujar Jane.

Dengan produksi menggunakan tangan tersebut memakan waktu yang tidak singkat. Produksi seperti sarung bantal memakan waktu 2-3 hari, bed cover karena besar bisa sampai 6 bulan, tergantung juga dengan tema yang digunakan.

Produksi Perca ini sudah zero waste. Sisa-sisa kain yang tak terpakai digunakan lagi untuk menjadi kerajinan tangan atau aksesoris yang lain, jadi tak meninggalkan limbah. Produk Perca yang paling diminati adalah produk yang bertema keagamaan, misal seperti motif sedang berdoa, natal, dan lain-lain. Bed cover merupakan paling banyak dipesan.

Produk-produk Perca itu dibandrol dari harga paling murah Rp 20.000 hingga yang termahal bisa sampai Rp 7,5 juta. Dengan harga-harga tersebut, dalam sebulan Perca bisa mencapai omzet sejutar Rp 20 juta-Rp 50 juta.

Baca juga: Pelaku UMKM Ini Bisa Cetak Omzet 1 Juta Dollar AS Per Tahun dari Kerajinan Kulit Kerang

Butuh Waktu Lama

Keuntungannya memang terlihat besar, namun Jane mengatakan bahwa kendala terbesar bisnisnya itu ada pada produksi. Satu orderan bisa memakan waktu yang panjang, di samping itu juga SDM yang mempunyai skill quilt tidak banyak, belum lagi ada kesalahan-kesalahan di tengah pembuatan.

Untuk pemasaran bisnis ini, Jane mengaku justru tidak ada masalah. Salah satu cara efektif pemasaran yang dilakukan Jane adalah dengan mengikuti pameran, tepatnya Inacraft.

Menurutnya Inacraft menjadi showcase semua produk Perca yang ber-impact besar. Jane sudah mengikuti Inacraft dari 15 tahun yang lalu dan tak pernah absen mengikuti pameran tersebut, termasuk Inacraft 2024.

Teknik pemasaran yang digunakan Jane cukup baik. Produk Perca banyak dibeli oleh artis, pejabat, hingga Menteri. Tak hanya dalam negeri, permintaan akan produk Jane juga sampai ke luar negeri, yaitu ?Jepang, Singapore, Malaysia, USA, UK, Belanda, hingga Australia.

Baca juga: 5 Ide Bisnis Kerajinan Tangan, Cocok Buat Kalian yang Kreatif

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com